Olahraga secara rutin, minimal tiga kali dalam seminggu, selama setidaknya 30-60 menit atau sesuai kemampuan fisik masing-masing, bahkan masih tetap harus dilakukan kendati seseorang sudah memasuki usia lanjut.
”Melakukan latihan-latihan fisik yang teratur serta cukup takarannya, membantu mencegah atau menunda menurunnya keseimbangan tubuh dan koordinasi organ-organ tubuh, yang merupakan faktor risiko untuk terjatuh pada para lansia,” kata Dr Sadoso.
Kaidah latihan fisik yang benar
Sebagai patokan umum agar latihan fisik dapat berpengaruh positif pada tubuh, hendaknya latihan fisik dimulai dengan memperhatikan teknik dan kaidah yang benar, yaitu pemanasan selama 5 menit, lalu masuk ke tahap latihan.
Selama latihan denyut nadi/jantung diupayakan mencapai batasan maksimum yang dianjurkan sesuai umur. Yaitu, 60 – 85 persen dari denyut nadi maksimal (denyut nadi maksimal diperoleh dengan rumus 220 dikurangi umur).
Cara mengukur denyut nadi. Denyut nadi ini dihitung dengan meraba denyut nadi pada pergelangan tangan yang searah ibu jari. Setelah denyut nadi tercapai pada tahap latihan, latihan bisa dilanjutkan selama 20 sampai 30 menit, dan sebelum berhenti lakukan pendinginan sekitar 5 menit.
Beberapa jenis olahraga yang sangat baik untuk melatih kebugaran misalnya, jalan kaki, bersepeda, berenang, dan senam aerobik. Khusus, untuk jalan kaki, sebaiknya dilakukan dengan cara jalan cepat.
”Idealnya 1 menit 100 langkah atau secepat-cepatnya (tapi tetap bisa sambil berbincang). Dengan demikian jalan cepat tersebut bisa memberikan efek untuk membakar kalori, melatih kekuatan otot jantung, serta memperbaiki aliran darah ke jantung,” katanya.
Manfaat lain olahraga menurut WHO adalah dapat mengatur kadar gula darah tetap seimbang dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur di segala usia. Selain itu, secara psikologis, olahraga juga bermanfaat untuk relaksasi, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan suasana hati (mood). (SA)