“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat ulah tangan-tangan manusia.” (QS. Ar-Rum:41), sadar akan bahaya dan dampak buruk perubahan iklim SMP QSBS ajarkan kurikulum peduli terhadap lingkungan.
Sehatalami.co ~ Selain polusi udara, yang menempatkan Indonesia sebagai salah satu kota dengan kualitas udara terburuk dan mengancam kehidupan, Indonesia juga menghadapi ancaman dan dampak perubahan iklim dunia.
Itu mengapa, dikutip dari laman Earth Day, tema Hari Bumi 2021 adalah Pulihkan Bumi Kita atau Restore Our Earth. Dengan tema tersebut, diharapkan segenap warga dunia bisa terdorong untuk mulai peduli dan berfokus pada proses alam, teknologi hijau yang sedang berkembang, dan tak henti melakukan langkah inovatif untuk bisa memulihkan ekosistem dunia.
Sebab, bagaimana pun pemulihan ekosistem dunia ini sangat penting. Hal ini terkait erat dengan perubahan iklim beserta dampaknya, yang bisa jadi akan sulit dikendalikan jika tidak ada perubahan terhadap perilaku umat manusia.
Sebagai contoh, yang bisa dirasakan masyarakat Indonesia misalnya, berdasarkan catatan penelitian di Journal of Geophysical Reasearch, Atmospheres oleh para peneliti yaitu Russo S,. Dosio A, dkk ; Indonesia akan mengalami lebih dari tiga kali kondisi gelombang panas ekstrem antara tahun 2020 dan 2052.
Hal tersebut dapat memicu terjadinya kebakaran hutan. Menurut laporan tersebut, diprediksi, dalam skenario emisi yang tinggi, Kalimantan Timur dan Sumatera bagian Timur akan mengalami pemanasan hampir 4 derajat Celcius dan curah hujan berkurang 12 persen pada tahun 2070 hingga 2100.
Hal ini akan menyebabkan sekitar 55 hari bahaya kebakaran ekstrem per tahun di Timur Kalimantan pada tahun tersebut. Sementara, di Sumatera Timur, jumlah hari bahaya kebakaran ektrem setiap tahun meningkat 17 hingga 64 hari di bawah skenario emisi tinggi ini.
Bersamaan dengan potensi risiko kebakaran hutan ekstrem, risiko kekeringan juga akan meningkat akibat perubahan iklim ini. Wilayah Kalimantan Selatan dan Sumatera bagian utara pada tahun 2071 hingga 2100 akan menjadi lebih kering sekitar 20-30 persen. Sedangkan, di wilayah Jawa dan bagian selatan Sumatera menjadi lebih kering 30-40 persen pada tahun tersebut.
Selain kekeringan dan kebakaran hutan, bencana hidrometeorologi lainnya yang juga ikut meningkat akibat perubahan iklim adalah risiko banjir. Di rentan waktu tahun 1990 dan 2013, banjir sungai merugikan Indonesia sekitar 5,5 miliar US Dolar. Nah, perubahan iklim ini juga diperkirakan dapat meningkatkan kerusakan ekonomi akibat banjir sungai hingga 91 persen pada tahun 2030.
Perlu langkah kongkrit mitigasi bencana
Sederet masalah lingkungan tersebut jelas membutuhkan perhatikan semua pihak. Perlu Langkah-langkah kongkrit sebagai bagian dari pencegahan untuk mengurangi dampak terjadinya bencana. Langkah-langkah tersebut, selain harus dilakukan secara kongkrit oleh pemerintah juga perlu melibatkan semua pihak, baik swasta, dan terutama dari kalangan industri.
Di level mikro edukasi penyadaran terhadap bahaya dan dampak perubahan iklim perlu segera dilakukan. Antara lain melalui edukai secara menyeluruh dan masif kepada seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak atau risiko bencana sehingga masyarakat dapat menjalankan aktivitas dengan aman.
Perlu edukasi dan mitigasi bencana sejak dini
Tidak bisa ditunda lagi, kampanye peduli Pendidikan mestilah melibatkan dunia Pendidikan. Mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Sebab kepada generasi merekalah, kelak dunia akan diwariskan.
Lagi pula, masalah kamapenye pendidikan lingkungan, sejatinya sudah pernah dideklarasikan oleh UNESCO sejak Oktober, 1977 melalui Deklarasi Tbilisi. Pada deklarasi tersebut digaskan, bahwa pemahaman pendidikan yang menggunakan teknologi dan ilmu pengetahuan harus berperan positif terhadap lingkungan.
Belum lama ini pada bulan Mei 2021 UNESCO kembali menggelar konferensi di Berlin yang dihadiri 2.500 peserta, termasuk 81 Menteri Pendidikan dari seluruh dunia. Melalui konferensi ini UNESCO mendesak menjadikan Pendidikan Lingkungan sebagai komponen kurikulum inti di semua negara pada tahun 2025.
Mengutip ulasan, Restu Hikmah Ayu Murti, Dosen Teknik Lingkungan UPN ”Veteran” Jawa Timur. dalam artikelnya berjudul Pendidikan Berbasis Lingkungan, Perlukah?, di laman radarbanyuwangi.com (21/8/21), yang mengutip studi yang dilakukan oleh Learn for Our Planet, yang menganalisis rencana pendidikan dan kerangka kurikulum di hampir 50 negara di semua wilayah. Lebih dari separonya tidak mengacu pada perubahan iklim.
Sementara hanya 19% yang berbicara tentang keanekaragaman hayati. Studi ini mencatat kurangnya perhatian pada keterampilan sosio-emosional dan kompetensi berorientasi aksi yang merupakan inti dari aksi lingkungan dan iklim.
Dalam survei online terhadap sekitar 1.600 guru dan pimpinan pendidikan yang dilakukan untuk penelitian ini, sepertiga responden menunjukkan bahwa isu-isu terkait lingkungan bukan bagian dari pelatihan guru.
SMP QSBS, hadir untuk menjawab isu perubahan lingkungan
Di tengah isu seputar dampak perubahan iklim, lahir Lembaga Pendidikan yang ingin mengadaptasikan kepedulian terhadap lingkungan sebagai bangian integral dari kurikulum yang diajarkan. Salah satu Lembaga Pendidikan tersebut adalah SMP QSBS (Quranic Sciene Boarding School), yang berdiri di bawah naungan Yayasan Al Kautsar 561, yang beralamat di Jagabaya, Rajadatu, Cineam, Kab. Tasikmalaya.
Menurut Ir. Runjai Wangsa, salah satu Dewan Pembina di Yayasan Al Kautsar 561, SMP QSBS, adalah Lembaga Pendidikan model untuk pesantren modern. Karenanya, kurikulum yang diajarkan, selain bernuansa keagamaan – berbawasan Alquran, juga mengadaptasikan program-program pembelajaran kreatif dan inovatif, yang memadukan antara pengetahuan berbasis sains dan Alquran.
Karena itu, SMP QSBS, juga memiliki program pelatihan Riset Alam dan Riset Sosial yang berbasis Alquran, untuk membekali para siswanya agar memiliki jiwa peneliti (saintis), mampu mengkomunikasikan hasil penemuannya, dapat mengembangkan daya pikir, dan karakter jiwa kepemimpinan, sebagai bekal bagi masa depannya.
Selanjutnya, seiring telah berdirinya SMA QSBS pada tahun kedua, sebagai bagian pengembangan Pendidikan yang berwawasan lingkungan, Yayasan Al Kautsar 561 saat ini sedang merancang suatu wahana pembelajaran terpadu yang berpusat kepada Alam dan Lingkungan sebagai sumber dan media pembelajaran.
“Hal ini dilatar belakangi oleh kedudukan manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka Bumi,” ujar Ir. Runjan, seraya menjelaskan bahwa sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi, manusia dituntut untuk menjaga alam agar tetap berada dalam kesetimbangan dinamis, sehingga alam akan memberi dukungan terbaik khususnya bagi kemanfaatan manusia.
Menurutnya, hal ini senapas dengan bunyi nash Alquran, “…. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “.(QS. Al-Qashash [28]: 77).
Lingkungan dan manusia akan saling kebergantungan secara reversibel (timbal balik). “Manusia memiliki hak untuk mendapatkan lingkungan sehat, asri, dan nilai manfaat, maka kewajibannya adalah merawat, menjaga, menggunakan sumber-sumber alam secara bijak (Wise Use Of Resources),”lanjutnya.
Berdasarkan ini, maka baik para siswa SMP QSBS maupun SMA QSBS, akan diajarkan pembelajaran berbasis lingkungan, sehingga kelak para siswa memiliki kesadaran yang tinggi untuk mampu mengoptimalkan diri, berprestasi bersama lingkungan alam dan masyarakat secara serasi, seimbang serta tunduk pada aturan yang bersifat sunatullah (QS Muhammad: 23), sesuai ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Karena itu, Yayasan Al Kautasar 561 terus berupaya merancang program-program kurikulum yang berorientasi pada pengembangan dan pemanfaatan energi dan ketahanan pangan yang berbasis pelestarian fungsi lingkungan.
Hal ini diupayakan dengan memanfaatkan sumber-sumber alam secara bijak, yaitu yang potensi luasan tanah yang dimiliki untuk pembelajaran terbuka, misalnya dengan mendirikan green house untuk mengenalkan pada pola cocok tanam ramah lingkungan, pemanfaata air secara bijak, pemanfaatan energi angin, energi matahari serta pengelolaan sampah, untuk pupuk organik.
Melibatkan masyarakat sekitar
Sudah barang tentu, dalam penerapannya melibatkan masyarakat sekitar, guna membangun kesadaran bersama dalam penataan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang ada di lingkungan sekolah.
Model pengembangan kurikulum berbasis sains dan teknologi berwawasan lingkungan ini, sangat memungkinkan untuk diaplikasikan di area sekolah, mengingat Yayasan Al Kautsar 561 telah memiliki tanah wakaf belasan hektar di desa yang terbebas dari pencemaran lingkungan.
Dengan kurikulum yang berwawasan Alquran dan lingkungan, diharapkan peserta didik tidak hanya memiliki akhlak karimah dengan sesamamya, tetapi pada giliranya, peserta didik akan memilki spirit yang kuat dalam menjaga alam dan mampu menciptakan sains dan teknologi yang tepat guna dan memberi kemaslahatan bagi diri, orang lain serta lingkungan dimana berada. (SA)