Ladang bagi Para Penambang
Pesona indah dan aktivitas para petani penambang belerang yang mondar mandir membuat kita semakin takjub, dan menyadari bahwa alam telah menyediakan semuanya untuk diolah dengan bijak. Para penambang belerang, ini seolah tak kenal lelah bekerja siang dan malam, naik turun melalui jalan terjal dan berkelok menuruni lereng kawah menuju dinding-dinding belerang yang akan mereka pecahkan dengan menggunakan peralatan yang sederhana. Bongkahan-bongkahan belerang berwarna kuning kehijau-hijauan itu, lalu diangkut menggunakan keranjang dari bambu yang beratnya bisa mencapai dua kali berat badan sang penambang. Dalam sehari para penambang ini dapat naik turun gunung hingga 2-3 kali sambil memikul keranjang belerangnya. Fonomena ini membuat banyak turis berdecak kagum dan keheranan, “…Oh you are very strong , it’s very heavy basket,” serunya saat berpapasan dengan para penambang belerang.
Tidak hanya itu rupanya sumber keheranan para turis asing ini. Mereka menyadari asap pekat belerang sebetulnya bisa berbahaya untuk kesehatan paru-paru. Tetapi hal ini tidak membuat para penambang belerang terganggu. Rupanya kebiasaan ini membuat paru-paru para penambang mampu beradaptasi. Di Pos Penimbangan, pikulan belerang para penambang ditimbang dan dicatat, lalu dipikul kembali ke bawah Paltuding untuk dikumpulkan. Untuk jerih payahnya ini, para penambang hanya mendapatkan Rp.780,- per kilogramnya.
Setelah puas melihat indahnya panorama Kawah Ijen, pukul 10:00 kami kembali ke Pos Paltuding dan melanjutkan petualangan. Rete yang kami pilih, jalur Bondowoso, memungkinkan kami untuk mengunjungi wisata mata air kali pahit, yang terletak tidak terlalu jauh dari pos Paltuding. Di sebut Mata Air Kali Pahit, lantara air yang keluar adalah air belerang berwarna hijau dengan rasa pahit.
Kami juga mengunjungi Air terjun Blawan. Konon kita tidak bisa melihat aliran air terjun ini karena langsung masuk ke goad dan mengalir ke sungai bawah tanah. Air terjun Blawan ini terletak di Desa Kalianyar, Kecamatan Sempol. Cukup indah di pandang mata, sebab ada rona pelangi di atasnya.
Untuk menghilangkan rasa penat, kami sempatkan mandi air hangat di pemandian setempat. Wuihhhh…….. segar sekali rasanya. Tenaga pun segera pulih kembali. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, kami pun melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi Agrowisata Kebun Kopi Arabika Kalisat Jampit, yang dikelola oleh PTP Nusantara XII Kalisat Jampit. Ternyata, ada fasilitas wisata yang sangat lengkap di area ini. Tersedia juga ruang istirahat, mushola hingga homestay. Di area ini, kami bisa melihat proses pembuatan kopi luwak yang telah terkenal dengan kenikmatannya di mancanegara.
Berkunjung dan merasakan keelokan tujuan wisata lokal, yang tersebar di seantoro nusantara, sungguh memberikan sensasi rasa ke-Indonesiaan yang tidak biasa. Kita berharap, bahwa kekayaan alam dan keindahannya bisa lestari dan terjaga dengan arif dan bijaksana. Semoga. (SA)