Tajamnya terik matahari tidak menghalangi langkah mereka. Semangat menggebu-gebu menyempurnakan suasana aktivitas di akhir pekan. Perlengkapan tak lupa dikenakan. Topi, sepatu boot, hingga cangkul. Jakarta, 20 April 2013, di Casa Goya, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, sebuah lahan tidur disulap dan diolah menjadi media untuk berkebun. Dengan sigap mereka bahu-membahu menyiapkan lahan untuk bercocok tanaman aneka sayuran, sembari melempar canda.
Mereka adalah sebagian dari anggota komunitas Indonesia Berkebun yang memanfaatkan lahan kosong atau lahan tidur di Casa Goya,agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah dan puing-puing. Kegiatan tersebut merupakan salah satu dari empat tahap berkebun yang sudah menjadi kegiatan rutin dari komunitas Indonesia Berkebun ini.
Ridwan Kamil, Penggagas Jakarta Berkebun
Minimnya ruang terbuka hijau di Jakarta membuat warganya merasa kesal, marah, dan mengeluh. Saat ini, ruang terbuka hijau di Jakarta tinggal sekitar 10 persen. Padahal, luas DKI Jakarta sebesar 661,52 kilometer persegi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 63/ Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan Kota, sebuah kota seharusnya memiliki ruang terbuka hijau minimal, 20 sampai 30 persen. Di sisi lain, masih banyak lahan kosong yang tak terpakai dan hanya dijadikan tempat pembuangan sampah dan puing-puing.
Berangkat dari keadaan tersebut, Ridwan Kamil, arsitek dan pengajar jurusan arsitek di ITB, menulis pada akun twitter-nya, “Daripada kita mengeluh terus, mending bikin sesuatu yang bermanfaat, yuk. Urban farming misalnya.” Tak disangka-sangka, banyak respon positif yang diterima.
Singkatnya, setelah menjalani proses, lahirlah Jakarta Berkebun ( Oktober/ 2010). “Urban farming merupakan konsep berkebun atau bertani di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang menganggur atau lahan sisa yang sering dianggap negative space untuk kota,” tutur Sindhi Savira, salah satu penggiat Indonesia Berkebun. “Konsep ini telah dilakukan di beberapa kota besar di dunia dan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat,” tambahnya.
Kemunculan Jakarta Berkebun menjadi inspirasi bagi beberapa kota lain, seperti Banten Berkebun, Depok Berkebun, Bandung Berkebun, Jogja Berkebun, dan lain sebagainya. Kegiatan perdana yang dilakukan Jakarta Berkebun ialah mencoba menanam sayur kangkung (Januari/ 2011) di lahan kosong, Springhill, Kawasan Kemayoran, Jakarta Utara. Lahan seluas 3 hektar ini adalah pinjaman dari salah seorang anggoga untuk menjadi lahan proyek percontohan urban farming di Jakarta. “Setelah kegiatan perdana tersebut, Jakarta Berkebun disebut menjadi Indonesia Berkebun,” ujar Sindhi. (SA)