Pada pertemuan tahunan Pekan Air Dunia di Stockholm ( 18/8/ 2008), terungkap bahwa 5000 anak di dunia meninggal akibat diare, setiap hari. Penurunan kualitas kesehatan ini salah satunya disebabkan oleh kualitas air bahan baku air minum yang buruk. Bagaimana dengan air yang kita minum?
Sehatalami.co ~ Pernahkah Anda membayangkan hidup tanpa air minum? Pasti seperti neraka. Tanpa pasokan air yang cukup, distribusi nutrisi ke seluruh tubuh akan tersendat, suhu tubuh akan naik turun, dan pembuangan racun hasil metabolisme tidak maksimal lagi. Akibatnya, tubuh akan dirongrong berbagai penyakit.
Sejak dahulu, sumber air minum yang paling diandalkan adalah air tanah atau air sungai dan danau, yang disebut air permukaan. Ada juga yang menggunakan air hujan karena kondisi air tanahnya tidak memungkinkan untuk dikonsumsi. Namun, mengingat tingkat polusi yang semakin tinggi, banyak orang yang mulai meragukan kesehatan dan kebersihan air dari kedua sumber alami ini.
Melihat peluang ini, produsen pun ramai menawarkan berbagai alat penyaring bahan pencemar dalam air. Selain itu, air mineral dalam kemasan yang bersumber dari pegunungan yang dipercaya masih jauh dari pencemaran, atau air yang diberi tambahan jumlah oksigen dan mineral tertentu, kini bisa menjadi pilihan. Bagaimana kita menyikapinya?
Air tanah yang tercemar
Bagi sebagian besar penduduk Indonesia, air tanah adalah sumber air bersih yang paling mudah didapat dan paling murah. Memang, menurut Dr Ir Arie Herlambang, Msi, Kepala Bidang Pengembangan Teknologi Pengendalian Pencemaran Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kondisi air tanah di Indonesia secara umum masih cukup baik. Arie mengingatkan, “Yang perlu diwaspadai kondisi air tanahnya adalah daerah di sekitar pusat industri dan lokasi pembuangan sampah.”
Arie mencontohkan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kualitas air buruk, yaitu Jakarta. Mengutip hasil uji bakteriologi sampel air yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta tahun 2007, kandungan bakteri Eschericia coli yang mencemari air tanah di seluruh wilayah Jakarta rata-rata mencapai 41%. (bersambung).