Menurut Hendrawati Utomo, kurang baiknya ventilasi bisa menyebabkan penghuni ruangan kekurangan oksigen. ”Meskipun sehari-hari menggunakan AC, ventilasi tetap dibutuhkan untuk memasukkan oksigen,” kata Hendrawati.
Ditambahkannya, bangunan yang dirancang sepenuhnya mengandalkan AC, tanpa menggunakan jendela, kurang cocok bagi kondisi di Indonesia, karena pemadaman listrik untuk penghematan energi masih sering terjadi. Hendrawati juga mengingatkan, perawatan AC juga harus sangat diperhatikan karena penggunaan AC mempermudah penyebaran bakteri, jamur, bahkan virus.
Sementara itu, sumber-sumber radikal bebas di kantor antara lain mesin fotokopi, mesin faks, dan alat-alat elektronik lainnya mempermudah munculnya sick building syndrome, karena alat-alat tersebut menghasilkan gas Nox dan CO.
Reaksi dari gas tersebut ditambah adanya pemanasan dari sumber cahaya yang kuat, misalnya sinar matahari atau lampu, akan menghasilkan ozon. Menurut Budi Haryanto, pada orang yang sensitif, paparan ozon sebanyak 1,0 – 3,0 ppm selama dua jam akan menyebabkan rasa pusing bahkan kehilangan kemampuan koordinasi. Dan, pada kebanyakan orang, kadar ozon 9,0 ppm akan mengakibatkan edema pulmonari (pembengkakan paru).
Bahan kimia yang dapat menguap, yang dikenal sebagai volatile organic compounds (VOC) pun tak kalah berbahayanya. Contohnya: formaldehid, benzen, CFC, trichloroethylene, dan toluene. Bahan-bahan ini terdapat pada pewangi ruangan, larutan pembersih, spidol, bahan lem yang digunakan pada karpet, furniture, dan pelapis dinding (wallpaper) yang bisa menimbulkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, serta gangguan kulit, bahkan kanker.
Masing-masing peralatan kantor memang hanya menyumbangkan sedikit zat berbahaya ke dalam ruangan, tetapi Hendrawati mengingatkan dampak akumulasinya. ”Salah satu penyakit yang mungkin muncul adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),” kata Hendrawati.
Ditambahkan oleh Budi Haryanto, waktu yang kita habiskan di dalam ruangan kantor tidaklah sebentar, minimal delapan jam sehari. Dan selama itu, kita memasok 500 mililiter udara ke dalam tubuh dengan sekali tarikan napas.
Padahal, udara yang kita hirup itu penuh dengan zat-zat berbahaya. ”Udara yang terkontaminasi partikel polutan sebesar 10 mikron saja bisa mengakibatkan ISPA, sementara partikel polutan sebesar 2,5 mikron bisa menyebabkan asma,” papar Budi.
Melawan zat radikal bebas dengan antioksidan
Untungnya efek buruk lingkungan di dalam gedung terhadap kesehatan bisa dicegah. David M. Budi, General Manager Bayer HealthCare, mengingatkan kita untuk menggunakan peralatan dalam ruangan secara rasional. ”Alat-alat kantor yang canggih, yang membuat kita merasa nyaman, justru sebenarnya berkontribusi besar terhadap penurunan kesehatan. Semakin banyak sumber polutan, berarti semakin padat kadar radikal bebas di sekitar kita, dan membuat udara yang kita hirup pun semakin tidak sehat,” kata David. (bersambung).