Agar tidak ada lagi korban seperti yang dialami oleh calon jamaah Umrah First Travel, Abu Tour dan biro trevel abal-abal lainnya, sudah selayaknya jika masyarakat mulai mengenal mana biro travel yang patut dipercaya dan mana yang abal-abal.
Sehatalami.co ~ Belum lama ini kita dikagetkan oleh serangkaian kejadian tidak menyenangkan. Banyak calon jamaah Umrah menjadi korban biro travel haji dan umrah yang abal-abal. Yang paling mencengangkan adalah jamaah Umrah dan Haji biro travel First Travel dan Abu Tour, dengan korban ratusan ribu jamaah dengan kerugian hingga triliunan rupiah.
Agar tidak kecewa dan menyesal, tentu kita mesti mengambil pelajaran berharga dari kasus tersebut. Untuk itu kita harus hati-hati dan mulai waspada untuk mengenali karakter dan ciri-ciri biro travel Haji dan Umrah apakah bisa diandalkan atau abal-abal.
Sebagaimana diketahui, belum lama ini Mahkamah Agung (MA) merampas aset First Travel untuk negara, padahal aset itu dibeli dari uang jemaah. Kita belum tahun bagaimana kelanjutan penyelesaiannya. Berbeda dengan First Travel, aset Abu Tours dikembalikan ke jemaah melalui kurator.
Dilansir dari detiknews.com, putusan sidang Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri (PN) Makassar, hakim memutuskan bahwa PT Amanah Bersama Umat (Abu Tours) dinyatakan pailit dan asetnya dikembalikan ke jemaah melalui kurator yang telah ditunjuk.
Sebagaimana diberitakan ada sekitar 86.720 jemaah Umrah Abu Tour yang terkatung-katung dan tidak bisa berangkat ke tanah suci. “Di Abu Tours kan tidak ada perdamaian, PKPU langsung diputus pailit. Kedua tidak ada tuntutan disita sama negara,” kata kurator Tasman Gultom sebagaimana dikutip dari detikcom, Selasa (19/11/2019).
Kini pertanyaan besar masih menggantung, apakah para jamaah First Travel yang jumlahnya lebih dari 35.000 jemaah yang gagal berangkat ke tanah haram masih punya harapan? Bisa berangkat ke tanah suci mengingat dana tersisa di rekening perusahaanya hanya jutaan rupiah, padahal kerugian jemaah diperkirakan mencapai Rp 500 miliar, data menurut kepolisian.
Perlu diketahui, asal muasal masalah ini bermula dari program dan paket umrah yang ditawarkan pihak First Travel yang kelewat murah: hanya Rp 14 juta, sehingga banyak konsumen yang tertarik dengan penawaran harga yang diberikan.
Penawaran tersebut jelas sangat menarik, bagi para jamaah yang belum pernah ke luar negeri, dan berada di pedesaan yang minim informasi. Biaya perjalanan umrah sebesar Rp 14 juta per orang untuk sekali berangkat dengan rentang wakatu 7 hingga 9 hari jelas jauh di bawah harga umum di pasaran.
Padahal saat itu, biaya umrah termurah masih sekitar Rp 17 juta per orang, dengan akomodasi dan pesawat ekonomis. Sementara, biaya umrah yang wajar ada di kisaran Rp 20 jutaan hingga Rp 30 jutaan, tergantung akomodasi dan jenis pesawat yang ingin digunakan.
Nah, agar ke depan tidak ada lagi korban seperti yang dialami oleh calon jamaah Umrah First Travel, Abu Tour dan biro trevel abal-abal lainnya, sudah selayaknya jika masyarakat mulai mengenal mana biro travel yang patut dipercaya dan mana yang abal-abal, sehingga tidak berjung kekecewaan.
Dikutip dari laman berita ekonomi.kompas.com (20/08/17), berikut ini karakteristik biro perjalanan haji dan umrah abal-abal. Pelajari dan perhatikan agar kita tidak menderita kerugian yang sama.
1. Harga sangat miring
Belajar dari kasus First Travel, harga paket umrah yang sangat murah dibandingkan tour and travel lainnya, adalah ciri paling mencolok untuk melihat kredibilitas perusahaan penyelenggara umrah.
Dari harga rata-rata sekitar Rp 20 juta, First Travel menawarkan biaya umrah hanya Rp 14 juta per orang. Saat ini saja, biaya paling murah, dari sejumlah situs penyelenggaran umroh, adalah Rp 17 juta.
Jika ada penyelenggara umroh menawarkan biaya umrah dengan harga sangat miring seperti dilakukan First Travel, seharusnya Anda tidak lantas percaya.
Bahkan Anda patut curiga dengan kredibilitas penyelenggara umrah tersebut. Patutlah Anda bertanya ke perusahaan tersebut, dengan dana semurah itu, bagaimana perusahaan akan membiayai kebutuhan jamaah?
2. Mentransfer uang ke rekening pribadi
Banyak kerugian yang diderita jemaah umrah karena salah urus dalam hal keuangan. Salah satu tandanya, nasabah diminta mentransfer ke rekening pribadi para agen marketing atau pemasar.
Seharusnya, nasabah mengirim dana tanda jadi ke rekening perusahaan, sebagai bukti sah pembayaran. Jika dikirim ke rekening pribadi, besar kemungkinan dananya tidak diteruskan ke perusahaan travel, namun digunakan untuk kepentingan pribadi.
Selain itu, perusahaan penyelenggara umrah akan mudah berkilah dananya tidak diterima perusahaan sehingga posisi konsumen sangat lemah.
3. Tidak transparan
Salah satu tanda manajemen perusahaan penyelenggara umroh yang baik adalah menerapkan manajemen yang transparan atau terbuka kepada jemaah.
Terutama terbuka dalam hal pengelolaan keuangan dan fasilitas bagi jamaah. Misalnya, dengan biaya yang disetorkan jemaah, perusahaan penyelenggara umrah akan memberikan apa kepada jamaah. Semakin detail dan jelas, semakin meningkatkan kepercayaan jemaah.
Selain itu, sejauh mana perusahaan memberikan bukti-bukti legal tentang perusahaan. Seperti surat izin pendirian perusahaan, surat keanggotaan perusahaan dalam asosiasi umrah, hingga surat perpajakan.
Jika ada bukti prestasi yang pernah diraih perusahaan, tentu akan semakin baik. Sebaliknya, Anda boleh meragukan kredibilitas perusahaan yang tak mau memberikan berbagai surat izin perusahaan kepada calon jemaah.
4. Usia baru seumur jagung
Kebanyakan kasus kegagalan berangkat ke tanah suci menimpa jamaah umrah pada perusahaan travel yang baru berdiri satu atau dua tahun terakhir. Namun tidak semua perusahaan penyelenggara umroh yang baru seumur jagung itu jelek.
Sepanjang perusahaan tersebut memiliki jaringan atau diakui keberadaannya oleh asosiasi penyelenggara umrah, misalnya, jamaah dapat sedikit mempercayai perusahaan tersebut.
Di sisi lain, tidak semua perusahaan penyelenggara umrah yang telah lama berdiri itu benar-benar dapat dipercaya.
Sebaiknya Anda melihat pertumbuhan peserta umrah di perusahaan tersebut, atau perkembangan usaha perusahaan secara keseluruhan.
Semakin banyak jemaah yang berangkat ke tanah suci setiap, perusahaan tersebut bisa dipandang cukup dipercaya oleh masyarakat.
Begitulah salah satu cara agar nasabah bisa mengenali perusahaan penyelenggara umrah yang baik.
Jangan sampai dana yang telah ditabung sekian tahun, raib begitu saja akibat Anda tidak hati-hati, hanya tergiur oleh iming-iming harga paket yang murah. (SA)