Sehatalami.co ~ Minyak trans pernah dianggap sehat. Awalnya lemak trans dianggap lebih sehat daripada lemak hewani karena berasal dari bahan nabati dan bersifat tidak jenuh.
Bahkan pada tahun 1960-an, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya mengganti mentega, minyak hewani, maupun minyak nabati yang berlemak jenuh dengan margarin yang mengandung lemak trans, dengan alasan lebih sehat dan nonkolesterol.
Salah satu institusi di Amerika Serikat yang sejak tahun 1970-an hingga kini paling gigih meneliti bahaya lemak trans adalah Harvard School of Public Health (HSPH). Barulah pada tahun 1990, para peneliti mengakui bahwa lemak trans ternyata juga berefek merugikan terhadap kesehatan jantung.
Tahun 1994, Prof Walter Willet, ketua Departemen Gizi HSPH, bersama Dr Alberto Ascherio, epidemiolog HSPH, menyatakan dalam American Journal of Public Health bahwa lemak trans lebih merusak kesehatan jantung dibandingkan lemak jenuh, dan bertanggungjawab terhadap 30.000 kematian setiap tahun di Amerika Serikat.
4 Bahaya lemak strans selain penyebab penyakit jantung
Konsumsi lemak trans tak hanya berefek negatif bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah, tapi juga bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit kronis lainnya.
- Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Neurology edisi Februari 2003 menyatakan bahwa asupan lemak trans dan lemak jenuh akan meningkatkan perkembangan penyakit Alzheimer.
- Obesitas dan diabetes. Konsumsi lemak trans dapat meningkatkan berat badan dan jumlah lemak di perut. Kondisi ini bila tidak cepat ditangani akan berakibat pada peningkatan risiko diabetes tipe 2.
- Penelitian tahun 2007 yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition, membuktikan bahwa setiap kenaikan 2 persen asupan kalori dari lemak trans akan meningkatkan risiko infertilitas hingga 73 persen.
- American Cancer Society menyatakan bahwa hubungan antara lemak trans dan perkembangan kanker belum terbukti secara pasti. Namun, hasil penelitian dari European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi lemak trans akan meningkatkan risiko kanker payudara hingga 75 persen. (SA)