Dimanfaatkan dari rimpang hingga bijinya
Beberapa referensi mencatat, penggunaan teratai di Asia sudah dimulai sejak 5000 tahun yang lalu. Selain diagungkan sebagai simbol kesucian, seluruh bagian teratai – terdiri dari rimpang, daun, biji, dan bunganya – memang sudah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
Rimpangnya yang renyah, mengandung banyak air, dan bercitarasa manis, biasa digunakan sebagai bahan campuran sup. Selain di Cina, India, dan Pakistan, rimpang teratai merupakan salah satu sayuran favorit masyarakat Jepang. Saking favoritnya, konsumsi rimpang teratai ini mencapai 500 ton setiap tahun. Konon, untuk memenuhi tingginya permintaan, Jepang harus mengimpor rimpang teratai dari berbagai negara.
Sementara daunnya, meskipun bisa dimakan sebagai lalap (saat masih menggulung atau muda), tidak terlalu sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Karena sifatnya yang lembut namun kuat, daun teratai lebih dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan yang dimasak dengan cara dikukus atau tim.
Sedangkan biji teratai yang sudah tua dan kering bisa disangrai sampai kulitnya pecah, lalu dinikmati seperti layaknya kacang goreng. Bangsa Cina terkenal rajin memanfaatkan biji teratai sebagai campuran aneka macam hidangan, seperti bubur, sup, atau minuman.
Sementara di India, biji teratai yang sudah dikeringkan diolah menjadi tepung pembuat roti. Biji teratai merupakan bagian teratai yang paling favorit, karena perpaduan citarasa gurih dan manisnya yang khas. Selain itu, ia sangat fleksibel dikombinasikan dalam aneka macam masakan.
Subhuti Dharmananda, PhD, dari Institute for Traditional Medicine, Oregon, Amerika Serikat, mengatakan, setiap 100 gram biji teratai mengandung 63-68 karbohidrat, 17-18 gram protein, 1,9-2,5 gram lemak, dan sisanya berupa air, sodium, potasium, kalsium, dan fosfor. “Hampir seluruh bagian dari teratai rendah lemak, namun mengandung banyak karbohidrat,” demikian penjelasan Dharmananda. (bersambung).