Makanan yang dirindukan oleh para pengidap emotional eating adalah makanan sampah (junk food), seperti kue-kue kering, es krim, keripik kentang. Meskipun bisa dibuat kaya nutrisi, pizza yang sering menjadi incaran umumnya juga terlalu banyak mengandung lemak dan natrium, serta berlimpah kalori.
Sehatalami.co ~ Hobi makan dan tidak terkontrol? Waspadalah, sebab hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan. Mungkin tidak secara langsung, namun jika berlarut dan tak terkendali, apalagi tidak disertai dengan kegiatan fisik memadai, hal ini jelas bisa menimbulkan kegemukan atau obesitas.
Obesitas atau kegemukan memperberat kerja organ-organ cerna. Kelelahan kronis, gangguan maag, naiknya tekanan darah dan kadar kolesterol darah, merupakan sebagian sinyal tubuh untuk mengabarkan bahwa organ cerna sudah bekerja terus-menerus melampaui kapasitasnya.
Jangan salah, hobi makan, makanan tertentu saja misalnya, justru bisa mengancam kondisi kekurang nutrisi. Sebab meskipun banyak makan, makanan yang masuk bukanlah makanan kaya nutrisi seperti yang diharapkan tubuh.
Karena umumnya, makanan yang dirindukan oleh para pengidap emotional eating adalah makanan sampah (junk food), seperti kue-kue kering, es krim, keripik kentang. Meskipun bisa dibuat kaya nutrisi, pizza yang sering menjadi incaran umumnya juga terlalu banyak mengandung lemak dan natrium, serta berlimpah kalori.
Uniknya makan banyak karena “lapar mulut” ini ibarat rantai borgol yang sulit diputuskan. Asupan nutrisi terbatas, akibat makanan dominan makanan nakal dan rendah nutrisi, akan membuat tubuh kekurangan asupan nutrisi. Akibatnya, tubuh akan terus menagih untuk diisi – dengan harapan bisa memenuhi kecukupan nutrisi bagi tubuh.
Namun karena yang dijejalkan lebih sering makanan nakal yang miskin nutrisi, jadilah tubuh terus-menerus menagih diisi. Kondisi ini justru membuat dorongan makan bukan karena lapar menjadi semakin kuat.
“Lapar mulut” menggganggu pergaulan. Dorongan kuat untuk makan, meskipun tidak lapar, terjadi di luar jam-jam makan yang wajar. Kondisi ini tentu sangat mengganggu. Misalnya, ketika karyawan lain tekun menyimak penjelasan bos dalam meeting, Anda justru sibuk dengan keinginan untuk memenuhi dorongan mengunyah. Kegelisahan Anda mengganggu konsentrasi Anda sendiri maupun orang lain, apalagi jika Anda kemudian nekad mengunyah di dalam ruang meeting! (Bersambung).