Pada batas tertentu, gula alami yang bersumber dari bahan makanan mungkin tidak apa-apa. Masalahnya, berbagai istilah gula saat ini tidak lagi kita konsumsi dari bahan makanannya langsung, melainkan dalam bentuk prosesan atau sintetis, yang ditambahkan ke dalam beragam jenis makanan dan minuman yang banyak kita konsumsi.
Sehatalami.co ~ Setiap kali mendengar istilah gula, pikiran kita mungkin hanya tertuju pada gula pasir. Padahal, gula sungguh beragam. Ia tidak hanya terdapat di dalam gula pasir yang terbuat dari sari tebu dan bit (sukrosa), melainkan juga berada di dalam gula anggur (dekstrosa), madu dan buah-buahan (fruktosa), hasil penguraian pati dari biji-bijian (maltosa), juga susu (laktosa).
Pada batas tertentu, gula alami yang bersumber dari bahan makanan tadi mungkin tidak apa-apa. Masalahnya, berbagai istilah gula tersebut saat ini tidak lagi kita konsumsi dari bahan makanannya langsung, melainkan dalam bentuk prosesan atau sintetis, yang ditambahkan ke dalam beragam jenis makanan dan minuman.
Dosa karbohidrat sederhana
Kita juga perlu mewaspadai gula yang berasal dari sumber karbohidrat seperti nasi putih dan produk tepung terigu seperti roti, kue, dan biskuit.
Menurut Dr Tan Shot Yen, MHum, dalam bukunya, Saya Pilih Sehat dan Sembuh: Transformasi Paradigma Mengobati menjadi menyembuhkan, menyatakan pada dasarnya beras dan tepung-tepungan memang termasuk karbohidrat kompleks.
“Namun, pemrosesan yang terjadi ikut menghilangkan hampir semua unsur penting yang membantu mengendalikan kecepatan pencernaan, termasuk berbagai zat gizi seperti protein, vitamin, mineral, asam lemak esensial, serat, juga enzim di dalamnya. Akibatnya, kurang dari 2 jam karbohidrat tersebut sudah dicerna menjadi gula,” tuturnya.
Demikian cepatnya dicerna menjadi gula, sehingga kadar gula dalam darah akan melonjak drastis. Gula darah yang tinggi akan memicu banjirnya insulin. Sayangnya, meskipun jumlahnya melimpah ruah, insulin tersebut tetap tidak mampu menekan kadar gula darah. Di saat yang sama, kadar gula yang berlebih akan disimpan oleh insulin di dalam otot dan hati.
Berhubung daya tampung otot dan hati sangat terbatas, kelebihan gula akan diubah menjadi tumpukan lemak. Sel-sel lemak – terutama di lingkar perut – cenderung menarik asam arakidonat, sejenis senyawa yang menjadi bahan baku hormon ecosanoids pemicu peradangan.
Akibatnya, terjadi peradangan di tingkat sel (silent inflammation), yang mengundang semacam protein yang mampu menembus masuk ke aliran darah. Protein tersebut beredar ke seluruh tubuh, membuat peradangan semakin luas dan “menggila”. (bersambung).