Studi melaporkan, kelebihan gula dalam darah juga dapat menyebabkan defisiensi vitamin C. Pasalnya, gula darah dan vitamin C memiliki struktur kimia yang serupa. Ketika kadar gula dalam darah meningkat, vitamin C akan berlomba memasuki sel-sel tubuh.
Sehatalami.co ~ Dalam bukunya yang berjudul Lick the Sugar Habit, Nancy Appleton, MD, ahli gizi klinis dari Santa Monica, California, Amerika Serikat, mengatakan, gula yang terdapat dalam gula pasir, sirup, fruktosa yang diproses, madu yang sudah dipasteurisasi, tepung putih, serta karbohidrat olahan lain telah terbukti memperburuk kondisi asma, gangguan mental, suasana hati, perilaku, diabetes, batu empedu, hipertensi, kepikunan, radang sendi, juga kanker.
Alasannya, semua gula yang berasal dari pemrosesan memiliki struktur kimia yang kurang ramah bagi tubuh sehingga akan diperlakukan seperti parasit. Sukrosa, misalnya, menekan sistem imun dengan cara memaksa pankreas memproduksi insulin secara berlebihan.
Menyadari stabilitas kadar gula dalam darah sedang terancam, insulin tersebut akan tetap tinggal dalam sirkulasi darah meskipun proses penguraian gula sudah selesai. Kadar insulin yang tinggi akan membuat produksi hormon pertumbuhan (growth hormone), regulator utama pada sistem imun, jadi terhambat.
Beberapa studi melaporkan, kelebihan gula dalam darah juga dapat menyebabkan defisiensi vitamin C. Pasalnya, gula darah dan vitamin C memiliki struktur kimia yang serupa. Ketika kadar gula dalam darah meningkat, vitamin C akan berlomba memasuki sel-sel tubuh.
Jika kadarnya sangat tinggi, gula akan memenuhi sel-sel tubuh dan tidak menyisakan tempat untuk vitamin C. Sel-sel darah putih, si tentara kekebalan, menjadi kurang bertenaga karena membutuhkan pasokan vitamin C yang cukup untuk membasmi virus dan bakteri. Akibatnya, tubuh lebih rentan terhadap infeksi. (SA)