Beras merah dan beras hitam mempunyai kandungan gizi yang lebih baik dibanding beras putih, khususnya kandungan antioksidan dan asam folat.
Di Jepang, beras merah sangat populer sebagai salah satu sumber pangan fungsional karena mengandung polifenol dan antosianin. Masyarakat Indonesia yang mengonsumsi beras merah masih terbilang sedikit. Umumnya, yang dikonsumsi varitas lokal, seperti Jembar Beureum, Cere Beurem dari Jawa Barat, Lembah Pasaman dari Sumatera Barat, beras merah Gunung Sari dari Bali, ketan merah Mandoti dari Sulawesi Selatan.
Beras-beras berwarna biasanya dikonsumsi pada pesta perayaan dan digunakan sebagai pewarna alami untuk industri pangan berupa kue-kue, bubur, biskuit, roti, mi, es krim, minuman fermentasi, dan lain-lain.
Antosianin termasuk komponen flavonoid, yaitu turunan polifenol pada tumbuhan yang mempunyai kemampuan antioksidan, antikanker, dan mencegah penyakit jantung koroner dengan cara mencegah penyempitan pembuluh arteri. Dalam jumlah sedikit saja, antosianin ternyata sudah cukup efektif mencegah produksi lemak jahat LDL (Low Density Lipoprotein) dan menjaga serta memperbaiki penglihatan (mata).
Mengandung antosianin
Selain mengandung antosianin, beras merah dan hitam juga kaya akan kandungan asam folat. Asam folat termasuk vitamin B yang larut dalam air. Asam folat berfungsi membantu produksi sel-sel darah, penyembuhan luka, pembentukan otot dan setiap proses yang memerlukan pembelahan sel.
Sebagai unsur penting dalam pembelahan sel, asam folat sangat diperlukan pada tiga bulan pertama kehamilan dan usia pertumbuhan. Makanan kaya asam folat dan suplemen asam folat yang dikonsumsi sebelum dan selama tiga bulan pertama kehamilan telah terbukti secara nyata dapat mengurangi risiko terjadinya cacat bawaan pada bayi baru lahir, termasuk spina bifida (sumbing tulang belakang) dan bibir sumbing.
Asam folat mempunyai kemampuan menurunkan tingkat homosistein plasma yang merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya penyakit jantung. Studi epidemik menunjukkan bahwa suplementasi asam folat secara signifikan tidak hanya menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung tetapi juga penyakit hematological, kelainan saraf dan kejiwaan yang diakibatkan oleh adanya lesi pada otak, dan kanker kolon serta kanker payudara. Sifat asam folat yang protektif terhadap kejadian penyakit degeneratif berkaitan dengan aktivitas senyawa tersebut sebagai antioksidan. ( SA, dari berbagai sumber)