Tubuh tidak membutuhkan garam sebanyak kebiasaan kita mengonsumsi garam dalam makanan sehari-hari, karena pada kenyataannya kita rata-rata menelan lima sampai enam kali lipat kebutuhan tubuh akan garam.
Sehatalami.co ~ Ada beberapa jenis garam, misalnya garam krosok atau garam dapur (rock salt) yang kristalnya kasar, garam meja (table salt) yang halus dan ada yang sudah ditambah unsur yodium, juga garam mandi (bath salt). Sebaiknya Anda mengenalinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita, yang namanya garam adalah garam dapur atau garam meja yang identik dengan kelezatan makanan. “Ibarat sayur tanpa garam”:, itulah pemeo yang menggambarkan betapa pentingnya garam dalam masakan.
Namun kata dokter
Jika kita menderita tekanan darah tinggi, maka kita mesti mengurangi konsumsi garam. Merujuk pada tulisan dr Hendrawan Nadesul, penulis artikel-artikel kesehatan di sejumlah media massa, “Dalam hal mengonsumsi garam, tirulah orang Eskimo, warga Dayak, bangsa Inca, karena mereka nyaris tidak makan garam tetapi tetap dapat hidup.” Makanan mereka cenderung hambar, namun tak ada yang kurang dalam kelangsungan kerja mesin tubuhnya.
Menu asin terbentuk lebih disebabkan budaya urban, yaitu merasa makanan enak setelah dibubuhi garam. Mengonsumsi garam, makin lama makin menjadi budaya yang sulit dihilangkan dan tanpa disadari telah merongrong ginjal yang makin keras bekerja untuk membuang kelebihan natrium/sodium dari garam yang dikonsumsi tiap hari.
Menurut dr Hendrawan Nadesul, tubuh tidak membutuhkan garam sebanyak kebiasaan kita mengonsumsi garam dalam makanan sehari-hari, karena pada kenyataannya kita rata-rata menelan lima sampai enam kali lipat kebutuhan tubuh akan garam (dalam menu harian).
Merujuk pada pemeo tersebut, seberapa banyakkah kita sebaiknya mengonsumsi garam agar tidak timbul penyakit tekanan darah tinggi atau penyakit-penyakit lain yang disebabkan terlalu banyak mengonsumsi garam? Apakah garam mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh? Dengan kata lain, apakah garam memang dibutuhkan oleh tubuh? (bersambung).