Meski sama-sama berkhasiat, herba dan obat kimia bekerja dengan cara yang berbeda. Kalau obat-obatan kimia bekerja dengan meredam gejala sakit, herba (baik dalam bentuk suplemen, kapsul, jamu, atau rebusan) umumnya berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar kembali bekerja dengan baik.
Sehatalami.co ~ Setidaknya 25% obat dari dokter atau obat bebas dibuat dari bahan prototipe alami (yaitu tanaman herba) yang telah digunakan selama berabad-abad. Maka jika obat farmasi dan herba yang berbahan sama digunakan berbarengan, ada potensi terjadinya dampak tambahan yang bisa menguntungkan namun bisa pula merugikan.
Interaksi negatif bisa muncul karena ada beberapa jenis herba yang benar-benar bertentangan dengan obat-obat tertentu.
Interaksi obat dan herba
Sejatinya, meskipun sama-sama berkhasiat, herba dan obat kimia bekerja dengan cara yang berbeda. Kalau obat-obatan kimia bekerja dengan meredam gejala sakit, herba (baik dalam bentuk suplemen, kapsul, jamu, atau rebusan) umumnya berperan dalam menyeimbangkan fungsi organ tubuh agar kembali bekerja dengan baik.
Interaksi herba dan obat kimia dapat terjadi, karena herba dan obat kimia mengandung senyawa aktif yang sama-sama mempengaruhi tubuh. Jika herba dan obat kimia ini dikonsumsi secara bersamaan, ada 3 interaksi yang mungkin timbul yaitu efeknya semakin kuat, menjadi berkurang, atau malah hilang sama sekali. Cukup sulit menentukan mana yang paling baik, karena efek yang diinginkan sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit dan kondisi tubuh pasien.
Menurut ahli herba, efek yang ideal adalah ketika herba dan obat kimia bisa saling melengkapi dan disesuaikan dengan penyakit pasien. Misalnya, obat kimia untuk mengatasi gejala flu juga disertai meniran (Phyllanthus niruri), untuk memperkuat daya tahan tubuh.
Dengan begitu, herba dan obat kimia akan berbagi tugas; kalau obat akan menghilangkan sakit kepala, meniran akan membangun pertahanan tubuh supaya lebih cepat sembuh.
Interaksi yang menguntungkan juga terjadi kalau herba yang dikonsumsi berefek mengurangi efek samping obat, seperti yang terjadi pada Romi. Sementara obat kimia menekan pertumbuhan virus, temulawak bertugas ”merawat” organ hati, yang kerap terganggu akibat mengkonsumsi obat-obatan HIV/AIDS dalam waktu lama. Selain itu, temulawak juga meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki fungsi pencernaan. (bersambung).