Minyak esensial yang dihasilkan dari sulingan biji adas yang sudah matang dan kering juga dimanfaatkan untuk beragam tujuan. Ada yang langsung dimanfaatkan begitu saja sebagai obat sakit gigi, dicampur lagi dengan minyak kelapa menjadi minyak gosok untuk mengobati gigitan serangga, dicampur minyak kelapa dan kayu putih menjadi minyak telon, diteteskan pada air panas kemudian dihirup uapnya untuk melegakan pernapasan. Belakangan dilaporkan, pada penelitian yang dilakukan pada tikus, minyak adas terbukti efektif memperbaiki fungsi liver.
Kandungan senyawa berkhasiat
Khasiat adas tidak terlepas dari senyawa aktif yang terdapat di dalamnya, berupa minyak asiri, asam organik, anetol, anisaldehid, chavicol, flavonoid, fenkon, polifenol, dan masih banyak lagi. Konon, dari sejumlah senyawa tadi, anetol adalah jagoannya.
Karena kandungannya tersebut, adas memiliki efek farmakologis sebagai anticacing, antiperadangan, antibakteri, antikejang, pereda rasa nyeri (analgesik), melancarkan kentut (karminatif), melancarkan buang air besar (laksatif), melancarkan pembuangan air seni (diuretik), mengencerkan dahak (ekspektoran), melancarkan peredaran darah, dan meningkatkan stamina.
Efek farmakologis inilah yang dimanfaatkan sebagai terapi alami untuk mengatasi berbagai macam gejala penyakit, terutama yang muncul pada musim pancaroba seperti radang tenggorokan, demam, diare, kolik, kembung, juga batuk.
Sementara kandungan fitoestrogen – senyawa tanaman yang sifatnya menyerupai hormon estrogen – dimanfaatkan untuk membantu mengatasi kasus yang muncul akibat kurangnya hormon estrogen, seperti haid yang kurang lancar dan gejala menopause. Meskipun penelitian ilmiahnya belum banyak, namun karena efektivitasnya sudah terbukti secara empiris, manfaatnya cukup diakui.
Yang kontroversial adalah khasiat adas sebagai terapi alami untuk pelancar ASI. Anne P. Mark, dalam bukunya yang berjudul The Complete Idiot’s Guide to Breastfeeding, mengatakan, belum ada penelitian yang mampu menunjukkan efektivitas adas terhadap produksi ASI. Bahwa fitoestrogen dalam adas dapat merangsang pertumbuhan jaringan payudara, sehingga payudara tampak lebih besar, itu memang benar. Namun bukan berarti membesarnya payudara tersebut bisa diasumsikan sama dengan meningkatnya produksi ASI.
Sebaliknya, justru ditemukan satu laporan bahwa konsumsi adas pada saat menyusui diduga menyebabkan keracunan saraf pada bayi baru lahir. Laporan tersebut ditulis oleh Rosti dan kawan-kawannya dalam publikasi berjudul “Toxic Effects of A Herbal Tea” yang dimuat dalam jurnal Acta Paediatric, Juni 1994 lalu.
Beberapa sumber mencatat, adas sebaiknya tidak diberikan pada penderita alergi terhadap wortel, seledri, penderita epilepsy, dan anak di bawah umur. Penggunaan adas disarankan bukan untuk jangka waktu lama karena dapat menimbulkan efek samping, di antaranya membuat kulit menjadi lebih sensitif terhadap sinar matahari. Alasannya memang belum jelas.
Namun mengingat herba juga mengandung senyawa kimia, rasanya wajar jika adas tetap harus dimanfaatkan secara bijak. Untuk mengatasi kasus ringan yang sering dihadapi sehari-hari, adas mungkin bisa diandalkan. Namun jika dalam beberapa hari gejala tidak berubah atau bahkan memburuk, konsultasikan dengan dokter. Barangkali, memang ada kondisi khusus yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Resep sehat alami dari herba adas ini bermanfaat untuk redakan batuk, mengatasi kembung dan menyegarkan tubuh. Ramu, simpan di wadah, gunakan sewaktu-waktu untuk meredakan batuk, menghangatkan tenggorokan, mengatasi kembung, atau menyegarkan tubuh.
- Bahan :
- 2 ml minyak adas
- 4 g kapur sirih
- 1000 ml air suling atau air mineral
Cara membuat:
- Campur minyak adas dengan kapur sirih.
- Tambahkan air sedikit demi sedikit hingga menjadi adonan encer.
- Saring hingga diperoleh beningannya.
- Tambahkan air suling hingga menjadi 1 liter. Masukkan ke dalam botol kaca, tutup rapat.
- Jika diperlukan, ambil 1 sdm air adas, masukkan ke dalam ½ gelas air, aduk rata, minum sekaligus. (SA)
Sumber: King American Dispensatory.