Warna dan konsistensi cincau bermacam-macam karena tumbuhan yang digunakan sebagai bahan cincau juga berbeda. Umumnya ada dua jenis cincau, yaitu cincau hitam dan cincau hijau.
1. Cincau hitam
Paling populer dan banyak dijual di Indonesia, Cina, Korea, dan negara Asia Tenggara lainnya. Terbuat dari daun tanaman Mesona palustris – yang di Jawa dikenal dengan nama janggelan, dan tanaman cincau perdu Premna serratifolia.
Daun cincau hitam berbentuk lonjong dan berujung runcing. Cincau hitam memiliki konsistensi kenyal dan padat seperti jeli. Selain cincau hitam tawar, di pasaran juga tersedia cincau dengan rasa jeruk manis. Kini telah diproduksi cincau hitam bubuk– seperti agar-agar bubuk – yang lebih banyak diekspor ke luar negeri.
2. Cincau hijau
Juga dikenal dengan nama camcau di Jawa Tengah. Dibuat dari daun tanaman Cyclea barbata yang tumbuh merambat menjadi tanaman pagar. Tanaman asli Asia Tenggara ini juga dikenal dengan nama tarawulu, trewulu, atau camcauh oleh orang Sunda.
Daunnya berwarna hijau pucat dengan bulu halus di atas permukaannya. Gelatin cincau hijau konsistensinya lebih lunak dan mudah hancur dibanding cincau hitam. Rasanya segar dengan aroma daun yang khas.
Saat membeli cincau, pilih cincau yang kenyal menyerupai jeli dan tidak berlendir. Hindari cincau yang terlalu kenyal, karena bisa jadi mengandung bahan pengawet berbahaya seperti boraks. Karena cincau tak berumur panjang – terutama cincau hijau yang dalam 2-3 hari bisa mencair, cuci bersih cincau dengan air matang, lalu simpan dalam lemari es.
Makanan obat di berbagai negara
Secara tradisional, cincau telah dimanfaatkan sebagai obat oleh penduduk asli di berbagai negara. Di Laos dan Vietnam, cincau digunakan untuk meredakan berbagai gangguan seputar perut seperti sakit maag, sembelit, perut kembung dan diare. (bersambung).