Ia mengakui, kemampuan sambiloto dalam membunuh bakteri masih kalah jika dibandingkan dengan obat medis. Karena itu, dalam penelitian tersebut sambiloto lebih menekankan pengaruhnya sebagai imunostimulan (merangsang kekebalan tubuh dengan mengaktifkan kerja makrofag) dibandingkan membunuh bakteri.
Manfaat sambiloto sebagai obat TBC
Adapun peran sambiloto sebagai imunostimulan, tidak terlepas dari senyawa aktif yang dikandungnya, yakni andrographolide. Zat sejenis lakton ini terdapat di bagian daun dan cabang tanaman sambiloto. Rasa pahit sambiloto juga disebabkan oleh zat ini.
Andrographolide berperan merangsang kerja sel makrofag (sel besar berinti satu yang memakan sel tua dan rusak dalam jaringan darah). Jika makrofag bekerja secara optimal, bisa dipastikan kekebalan tubuh akan sanggup memerangi berbagai macam bakteri, virus, bahkan zat racun yang masuk ke dalam tubuh.
Selain sebagai imunostimulan dan mampu membunuh bakteri, sambiloto juga mempunyai efek farmakologis lain yang sangat bermanfaat bagi penderita TBC. Khasiatnya antara lain antidemam, meluruhkan dahak (ekspektoran), dan melindungi sel hati dari racun atau kerusakan (hepatoprotektor).
Efek farmakologis sambiloto tersebut, ternyata tidak hanya bermanfaat untuk mengobati TBC, namun sekaligus mengurangi efek samping obat medis. Sesuai anjuran World Health Organization (WHO), penderita TBC harus mengkonsumsi obat anti TBC yang disebut Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS).
Obat-obatan ini harus dikonsumsi secara intensif selama sekurang-kurangnya 6 bulan berturut-turut. Obat-obatan yang pada umumnya berupa antibiotik ini, jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang ditemukan antara lain gangguan hati, kulit, lambung, dan mata.
Dr Vivi K. Tjahjadi, dokter pemerhati herba dari klinik herba Karyasari, Jakarta, mengatakan bahwa sambiloto berperan besar sebagai hepatoprotektor bagi penderita TBC yang mengkonsumsi obat medis.
Namun tidak dianjurkan bagi penderita tekanan darah rendah (hipotensi), karena herba ini dapat menurunkan tekanan darah. Efeknya, sehari saja minum rebusan sambiloto, kepala bisa keliyengan. Jika mengalami efek ini, sebaiknya konsumsi sambiloto dihentikan.
Oleh sebab itu, untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan antara sambiloto dan obat medis, Aty menyarankan, sebaiknya ada jangka waktu mengkonsumsi sambiloto dan obat medis minimal 2 jam.
Dr Vivi menilai, “Tidak semua orang bisa mengkonsumsi sambiloto. Jika dikonsumsi dalam waktu yang lama dengan dosis tinggi, sambiloto juga bisa menyebabkan gangguan lambung seperti mual, sebah, dan kembung.” (SA)