“Saripati sambiloto selain berfungsi sebagai obat anti virus malaria, juga bisa difungsikan sebagai obat penangkal sementara virus corona. Akan tetapi, saripati sambiloto bukan sebagai obat corona.”
Sehatalami.co ~ Di tengah wabah virus corona dan kekhawatiran dunia farmasi akan kelangkaan bahan baku farmasi impor, pentingnya pemanfaatan tanaman berkhasiat obat asli Indonesia atau herba untuk pengobatan kembali ramai diperbincangkan.
Yang terbaru, temulawak dan jahe merah ramai dibahas karena dipercaya dapat menangkal virus corona COVID-19. Satu lagi yang saat ini sedang dibahas adalah daun sambiloto. Daun sambiloto dipercaya bisa menjadi penangkal virus corona.
Dilansir dari detikHealth.com (07/02/2020), Rektor Universitas Airlangaga (UNAIR) Prof. Mohammad Nasih, mengatakan bahwa saripati daun sambiloto mampu menjadi referensi pencegahan masuknya virus Corona ke dalam tubuh. Nasih menyampaikannya dalam kesempatan saat jumpa pers dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini di Lembaga Penyakit Tropik (LPT), di kampus UNAIR, Surabaya.
Lebih lanjut disebutkan, daun sambiloto sendiri dipercaya mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, karena kandungan ekstrak dalam daun sambiloto bersifat imunostimulan. Yakni meningkatkan kinerja organ-organ yang berhubungan dengan sistem imun.
Bukan daunnya sambiloto, melainkan saripati. Sebab saripati sambiloto ini mempunyai manfaat yang mampu mengobati malaria dan virus corona.
“Ini juga bagian dari empon-empon yang kita konsumsi setiap hari, kalau kita olah saripati juga memiliki efek bagus. Bukan hanya ketahanan tubuh, tapi juga untuk virus. Artinya proses itu ada dan punya bobot ilmiah yang sangat tinggi dan mendapatkan pengakuan secara ilmiah,” jelas Rektor Unair M. Nasih di TDC Unair Kampus C Surabaya, Selasa (3/3/2020).
Sementara Dirut RS Unair Prof Dr Nasronudin SpPD KPTI FINASIM juga menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman herbal sebagai penambah imun tubuh.
Nasrodin memastikan bahwa saripati sambiloto selain berfungsi sebagai obat anti virus malaria, juga bisa difungsikan sebagai obat penangkal sementara virus corona. Akan tetapi, saripati sambiloto bukan sebagai obat corona. “Ini obat herbal malaria, sudah bisa sebagai anti virusnya. Kami berharap, ini juga bisa untuk corona. Karena jenis virusnya tak jauh beda,” jelasnya.
Meski begitu, pihaknya perlu melakukan penelitian lebih lanjut lagi. Sejauh ini saripati sambiloto hanya untuk penguat imun tubuh. Juga dikenal sebagai obat herbal malaria sekaligus sebagai sebagai anti virusnya.
“Kami berharap, ini juga bisa untuk corona. Karena jenis virusnya tak jauh beda. Nantinya, kami akan teliti lebih lanjut, karena sebenarnya ini juga anti virus bagi virus lain, namun belum tentu bisa diterapkan untuk corona,” pungkasnya.
Apasih keistimewaan sambiloto?
Dikutip dari laman ini sebelumnya, di dunia pengobatan, sambiloto mendapat julukan sebagai “King of Bitters” (Raja Pahit). Jika Anda penggemar jamu-jamuan Jawa, pasti mengenal sambiloto (Andrographis paniculata), yaitu salah satu bahan untuk membuat jamu paitan yang rasa pahitnya luar biasa. Karena rasa pahitnya itu, selain sering dikenal dengan nama ki ular, takilo, ki peurat, dan sandilata (Jawa), herba ini juga dikenal dengan nama pepaitan (Sumatera).
Menurut Dra Aty Widyawuriyanti, MSi, Apt, dosen dan peneliti Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, tablet sambiloto sebagai obat TBC telah disosialisasikan di puskesmas-puskesmas di Surabaya sejak akhir tahun 2007.
Sambiloto tidak hanya dikenal sebagai obat anti diabetes atau anti hipertensi, bahkan tabletnya sedang dipatenkan sebagai obat anti TBC di Indonesia. Selain itu, daun sambiloto sendiri sudah dikenal dapat mengobati beberapa penyakit seperti flu berat, radang tenggorokan dan malaria.
Adapun peran sambiloto sebagai imunostimulan, tidak terlepas dari senyawa aktif yang dikandungnya, yakni andrographolide. Zat sejenis lakton ini terdapat di bagian daun dan cabang tanaman sambiloto. Rasa pahit sambiloto juga disebabkan oleh zat ini.
Andrographolide berperan merangsang kerja sel makrofag (sel besar berinti satu yang memakan sel tua dan rusak dalam jaringan darah). Jika makrofag bekerja secara optimal, bisa dipastikan kekebalan tubuh akan sanggup memerangi berbagai macam bakteri, virus, bahkan zat racun yang masuk ke dalam tubuh.
Selain sebagai imunostimulan dan mampu membunuh bakteri, sambiloto juga mempunyai efek farmakologis lain yang sangat bermanfaat bagi penderita TBC. Khasiatnya antara lain antidemam, meluruhkan dahak (ekspektoran), dan melindungi sel hati dari racun atau kerusakan (hepatoprotektor).
Efek farmakologis sambiloto tersebut, ternyata tidak hanya bermanfaat untuk mengobati TBC, namun sekaligus mengurangi efek samping obat medis. Sesuai anjuran World Health Organization (WHO), penderita TBC harus mengkonsumsi obat anti TBC yang disebut Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS).
Manfaat lain daun sambiloto
Manfaat daun sambiloto lain untuk kesehatan sebagaimana dikutip dari Big Umbrella adalah sebagai berikut:
1. Menurunkan demam
Karena kandungan antioksidannya yang tinggi, daun sambiloto bermanfaat untuk meningkatkan kekebelan tubuh atau imunitas tubuh. Di dunia kesehatan, daun sambiloto dikenal luas sebagai obati untuk mengatasi pilek dan flu. Selain itu, daun ini juga dapat mengurangi gejala pilek, seperti demam, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan.
2. Anti-parasit dan bakteri
Daun sambiloto juga bermanfaat untuk membantu menghilangkan cacing usus seperti cacing gelang, cacing pita, dan lainnya dari tubuh kita. Hal ini bisa mengontrol penyebaran parasit dan bakteri di dalam tubuh.
3. Mengatasi anemia
Bagi kamu yang sering mengalami gejala letih, lemah, lesu atau anemia, daun sambiloto juga bermanfaat karena dapat membantu meningkatkan produksi sel darah dalam tubuh. Terutama, wanita yang sedang dalam masa menstruasi, yang sibuk dan harus aktiv bekerja.
4. Mencegah diabetes
Daun sambiloto membantu mengurangi kadar gula yang ada dalam darah dengan merangsang sel beta pankreas yang artinya dapat mencegah timbulnya penyakit diabetes. Diabetes biasanya terjadi karena gaya hidup yang tidak tepat, kebiasaan makan yang tidak teratur, stres mental, serta kurangnya aktivitas fisik. (SA)