Pengembaraan mereka ke arah selatan sambil membawa biji-biji pir, membuat pohon-pohon pir akhirnya tumbuh subur di wilayah India bagian utara. Dari India, tanaman pir kemudian sampai di daratan Eropa, selanjutnya pir menyebar pula sampai ke Amerika Serikat. Gencarnya kolonialisme bangsa-bangsa Eropa, khususnya ke wilayah Asia Timur, juga ikut menyebarluaskan tanaman pir ke Australia dan Selandia Baru.
Sementara perjalanan nomaden suku Mogul ke utara membawa mereka ke wilayah Cina bagian selatan dan terus merambah ke Cina bagian tengah. Bersamaan dengan itu, mereka pun menanam pir di tempat baru. Dari sanalah pir diduga menyebar ke semenanjung Korea, Cina kepulauan (Taiwan), dan Jepang.
Setelah ratusan tahun, perbedaan pengaruh lingkungan ini kemudian “menciptakan” tanaman pir dengan buah yang berbeda-beda. Pir impor dari Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat disebut pir tipe eropa, dengan nama botani Pyrus communis.
Sementara pir Asia, biasanya didatangkan dari Cina, Jepang, Korea, atau Taiwan yang punya nama botani Pyrus serotina, termasuk jenis pir tipe oriental. Sering juga disebut pir cina, pir jepang, atau pir nashi.
Kandungan gizi buah pir. Pir selain kaya serat dan banyak mengandung air, nilai kalorinya pun rendah. Banyak asupan serat dan air memudahkan pembersihan sampah makanan di dalam usus besar, sehingga tidak terjadi reabsorbsi racun radikal bebas hasil pembusukan sampah makanan. Kondisi tersebut dapat mencegah timbulnya alergi, mual, migrain, kulit kering dan keriput, napas bau, dan gejala-gejala intoksifikasi (keracunan) lainnya.
Satu buah pir ukuran sedang (166 g) hanya mengandung 100 Kalori. Sementara apel dan jambu bangkok dengan berat sama masing-masing menyimpan 106 Kalori dan 103 Kalori.
Dibanding buah berair lainnya, seperti jambu air (85 Kalori) atau semangka (53 kalori), kalori pir memang relatif lebih tinggi. Sebab pir banyak mengandung karbohidrat sederhana berupa gula buah (levulosa), yang membuatnya terasa lebih manis daripada jambu air. (bersambung).