Para peneliti menemukan adanya zat luar biasa dalam buah pare, yang mereka sebut bitter melon alias si labu pahit ini, yakni senyawa anti-HIV/AIDS. Mereka menamainya zat alpha-momorchorin, beta-momorchorin, dan MAP30 (momordica antiviral protein 30).
Sehatalami.co ~ Anda mungkin penggemar siomay. Nah, rasanya kurang lengkap jika tidak ada parenya. Meski pun dikenal karena cita rasanya yang pahit pare, tetaplah banyak digemari, kalangan pecinta kuliner di tanah air. Sebab meskipun pahit, namun gizinya selangit alias luar biasa. Pare biasanya banyak dijumpai dalam tradisi kuliner khas di rumah makan Sunda, sebagai salah satu jenis sayuran hijau, pare sering diolah sebagai tumis.
Pare biasanya diolah bersamaan dengan taoge atau kecambah, dan sering pula dikombinasikan dengan ikan teri. Rasanya nikmat, dan memberi sensasi rasa pahit yang sulit dilukiskan. Meski begitu, pare juga membuat nafsu makan menjadi meningkat.
Kandungan gizi pare. Pare alias paria (Momordica charantia) kaya mineral nabati kalsium dan fosfor. Sebagai sumber karotenoid, pare cukup bisa diandalkan. Untuk bisa tahu jenis-jenis pare, Anda tak perlu jalan-jalan ke pasar becek.
Di supermarket sering dipajang beberapa jenis pare, karena masing-masing ternyata sudah punya penggemar tersendiri. Ada pare gendut dan bongsor, warnanya hijau muda atau cenderung pucat, bintil-bintilnya besar-besar.
Jika dimasak, rasanya tidak terlalu pahit. Yang ini adalah pare gajih. Pare yang bulat pendek berwarna hijau gelap, rasanya sangat pahit, bentuknya mirip kodok jongkok, dinamai pare kodok. Ada satu lagi yang populer, pare hutan alias pare liar, buahnya bulat panjang tapi kecil-kecil, rasanya pahit betul.
Penelitian. Para peneliti menemukan adanya zat luar biasa dalam buah pare, yang mereka sebut bitter melon alias si labu pahit ini, yakni senyawa anti-HIV/AIDS. Mereka menamainya zat alpha-momorchorin, beta-momorchorin, dan MAP30 (momordica antiviral protein 30). (bersambung).