Setelah kenyang, gula darah akan naik, produksi insulin meningkat untuk mengimbanginya, sementara jaringan lemak akan mengeluarkan hormon leptin yang membuat badan kita merasa nyaman. Dan perasaan nyaman itulah yang kita alami setelah makan.
Lapar fisiologis atau lapar fisik/perut ini diciptakan oleh jaringan sistem metabolisme yang memonitor dan menjaga status energi tubuh agar tetap seimbang. Dalam kondisi sehari-hari Anda bisa merasakannya saat perut bergemuruh.
Waspadai lapar pikiran
Tapi selain lapar fisik, ada juga lapar yang dijelaskan secara psikologis. Kondisi ini disebut brain hunger atau lapar pikiran yang berupa keinginan untuk makan sebagai kesenangan. Lapar pikiran ini tampak ketika Anda ingin makan walaupun tak ada kebutuhan metabolisme.
Contohnya adalah saat Anda merasa lapar lagi dan melahap sepiring siomai yang mengepul meski baru sarapan seporsi nasi goreng. Juga apabila bau ikan asin yang sedang digoreng tetangga membuat Anda ngiler setelah makan siang. Demikian pula jika Anda tersangsang oleh penampilan cake cokelat yang yummy. Bahkan ingatan yang kuat terhadap suatu rasa terkadang juga merangsang timbulnya rasa lapar.
Dan bahayanya lapar pikiran ini, Anda akan tetap merasa lapar sampai keinginan itu terpenuhi. Lapar pikiran inilah yang harus diwaspadai, karena bisa tak terkendali.
Mengapa ketagihan makanan
Tidak seperti manusia, hewan akan makan kalau merasa lapar. Seekor singa tak akan pergi berburu kalau perutnya masih kenyang. Karena itu, lapar fisik saja tak akan membuat kita makan berlebihan.
Namun sebagai manusia, kita makan tidak sekadar untuk kenyang secara fisik. Kita juga punya kebutuhan untuk merasa kenyang atau terpuaskan secara psikologis. Selama makan untuk memenuhi kepuasan psikologis tidak dijadikan prioritas, kita tidak akan makan berlebihan melewati kebutuhan fisik. (bersambung).