Ritme kerja yang menuntut serba cepat dan perkembangan tren juga sering menjadikan fast food dan makanan yang sudah diproses menjadi pilihan karena lebih praktis. Pola makan tersebut membuat tubuh rentan kekurangan enzim.
Sehatalami.co ~ Di dalam tubuh kita terdapat ribuan jenis enzim yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu enzim metabolisme dan pencernaan. Enzim metabolisme ini terdapat di seluruh tubuh dan bertanggungjawab terhadap kelancaran semua proses kimiawi yang terjadi, seperti siklus menstruasi, fungsi reproduksi, kemampuan berpikir, dan sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan enzim pencernaan terdapat di sepanjang saluran pencernaan, yaitu di kelenjar air liur, usus halus, usus besar, lambung, dan pankreas. Enzim pencernaan ini ibarat “tentara di garis depan” yang ikut menentukan kualitas kerja enzim metabolisme.
Ia mulai bekerja saat kita mengunyah makanan, ketika makanan dicerna di lambung, masuk ke usus, hingga dibuang melalui anus. Meskipun demikian, sebagian besar enzim pencernaan diproduksi oleh pankreas. Itulah sebabnya, enzim pencernaan juga disebut enzim pankreas.
Rentan kekurangan enzim
Kerja organ yang berlebihan juga terjadi jika kita makan dengan terburu-buru apalagi dalam jumlah yang berlebihan. Menurut Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, ahli gastroenterologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, setiap makanan yang kita suapkan ke dalam mulut, sebaiknya dikunyah paling sedikit 32 kali sebelum ditelan.
“Tujuannya supaya proses pencernaan makanan sudah terjadi di dalam mulut. Sehingga ketika disalurkan ke lambung dan usus, zat-zat makanan yang berada di dalamnya sudah terurai dan siap diserap oleh tubuh,” tutur Dr Ari.
Saat kita makan tergesa-gesa, makanan belum cukup halus dan kelenjar liur belum mencerna dengan baik. Lambung, usus, dan pankreas pun mendapat limpahan tugas dari mulut, dan bekerja lebih berat karenanya. “Penderitaan” organ pencernaan tersebut menjadi lebih parah jika makanan yang kita konsumsi jumlahnya melebihi kapasitas lambung.
Kemajuan zaman juga membawa perubahan pola makan dan gaya hidup. “Saat ini, tanpa disadari banyak orang yang makan dengan terburu-buru karena padatnya aktivitas,” tutur Dr Ari. Ritme kerja yang menuntut serba cepat dan perkembangan tren juga sering menjadikan fast food dan makanan yang sudah diproses menjadi pilihan karena lebih praktis. Pola makan tersebut membuat tubuh rentan kekurangan enzim.
Kenali gejala kekurangan enzim
Sayangnya, kekurangan enzim sering tidak disadari. “Banyak orang mengira itu gangguan maag karena gejalanya memang hampir sama. Penderitanya antara lain merasa kembung, mual, dan timbul gas yang berlebihan di perut sehingga sering bersendawa atau buang angin,” demikian penjelasan Dr Ari.
Pada beberapa kasus, gejala kekurangan enzim bisa berupa nyeri perut dan diare. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Simadibrata M. dkk di RSCM pada tahun 2002, ditemukan bahwa sebagian besar kasus diare kronik non-infeksi disebabkan oleh gangguan pencernaan (sebanyak 62,6 persen). “Penyebab utama gangguan pencernaan tersebut adalah kekurangan enzim,” tutur Dr Ari. (bersambung).