Kita sering mendengar keluhan naiknya berat badan dan sulit menurunkannya? Belum lagi rasa lesu, pusing, dan kurang konsentrasi justru saat sedang menjalani diet? Mungkin saatnya Anda waspada, karena boleh jadi sindrom X sedang mengintai Anda. Lalu bagaimana solusinya?
Sehatalami.co ~ Tidak sedikit yang terlambat menyadari hadirnya sindrom X dan baru menyesal setelah berakibat fatal. Padahal situasi tersebut semestinya bisa dicegah. Salah satu solusinya ialah dengan melaksanakan diet faktor X. Diet ini bermanfaat untuk mencapai bentuk tubuh ideal yang langsing dan sehat tanpa tersiksa lapar.
Istilah sindrom X pertama kali diperkenalkan oleh Gerald Reaven, MD, seorang peneliti dan profesor dari Universitas Stanford pada tahun 1988. Sindrom X adalah kumpulan dan kombinasi dari beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler dan diabetes.
Selain obesitas, gejala sindrom X berupa penambahan ukuran lingkar pinggang (tubuh berbentuk apel), kenaikan kadar kolesterol, tekanan darah, dan gula darah. Kondisi ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti sindrom metabolik, sindrom obesitas, sindrom resistensi insulin dan sindrom Reaven.
Sindrom X tidak muncul secara tiba-tiba
Sindrome X sering dipicu oleh gaya hidup modern yang kurang aktivitas (sedentary lifestyle) dan malas berolahraga ditambah lagi dengan hobi menyantap makanan gaya Barat (junk food, soft drink, fried chicken, dan hamburger) merupakan penyebab utama munculnya sindrom X yang biasanya ditandai dengan obesitas.
Kondisi yang sering terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat ini mulai banyak dijumpai di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) pada tahun 2004 menunjukkan adanya kenaikan jumlah pria obesitas di Indonesia sebanyak 9,16 persen sedangkan pada wanita mencapai 11,02 persen.
Memang sering dikatakan bahwa sindrom X tidak muncul secara tiba-tiba, tapi melalui proses panjang dan perlahan, bahkan dapat mencapai waktu puluhan tahun. Ini merupakan hasil akhir dari pola makan tak sehat yang banyak mengandung gula dan lemak.
Saat makanan dicerna, kadar gula darah akan meningkat, dan tubuh akan merespon dengan meningkatkan produksi insulin (hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang membantu mengatur keseimbangan gula darah). (bersambung).