Papua menyimpan beragam tanaman obat. Yang baru ditemukan dan sekarang sedang ngetop adalah Sarang Semut (M. pendans). Tanaman ini telah digunakan oleh masyarakat pedalaman bagian Barat Wamena untuk mengatasi keluhan rematik dan asam urat.
Sehatalami.co ~ Sarang semut bukanlah sarang yang dibuat oleh semut-semut, melainkan tanaman dari famili Rubiaceae yang mempunyai umbi berduri tajam. Di dalam umbinya tersebut, terdapat lorong-lorong labirin yang dihuni oleh semut.
Tanaman epifit (menumpang pada tanaman lain tanpa merugikan induk semangnya) ini banyak ditemui di kawasan Asia Tenggara. Di Malaysia dikenal sebagai “Rumah Semut”. Di Papua Sarang Semut tumbuh di Pegunungan Jaya Wijaya pada ketinggian 1100 – 2500.
Kestabilan suhu di dalam tanaman tersebutlah yang membuat semut-semut betah menghuninya. Dalam jangka waktu lama, terjadilah reaksi kimia secara alami antara senyawa yang dikeluarkan semut dengan zat aktif yang dikandung tanaman. Hasil reaksi kimia inilah yang agaknya bermanfaat untuk pengobatan.
Ada dua jenis yang berbeda manfaatnya. Yang pertama, Myrmecodia dengan umbi berlabirin kecil dan disukai semut. Yang kedua, jenis Hydnophytum dengan umbi berlabirin besar dan menjadi favorit katak dan kadal sebagai tempat huniannya.
Yang akan kita bicarakan adalah tanaman sarang semut Myrmecodia sp. Dari spesies ini yang pertama dikenal sebagai tanaman obat adalah Myrmecodia pendans. Ada 26 varitas lain yang dihuni semut dan berkhasiat obat, tetapi tumbuh di luar Papua antara lain di Kalimantan, Maluku, Flores, siberut dll. Salah satunya adalah Myrmecodia tuberosa.
Umbi tanaman ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1823. Umbinya bisa mencapai diameter 25 cm dengan tinggi mencapai 45 cm. Dari beberapa literatur asing, diketahui M. tuberosa hidup nyaman pada kondisi kelembapan tinggi dengan intensitas cahaya matahari rendah.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Zoologi LIPI , semut yang gemar menghuni M. tuberosa adalah dari jenis Ochetellus sp. (Trubus Mei 2006). Meskipun ada sekitar 8.800 jenis semut, setiap Sarang Semut hanya dihuni satu jenis semut saja.
Hubungan antara semut dan tanaman Sarang Semut bersifat simbiose mutualistis, artinya saling menguntungkan. Myrmecodia menyediakan lorong-lorong labirin dalam umbinya untuk sarang semut dan senyawa aktif yang menjadi sumber makanan semut.
Sedangkan tanaman ini membutuhkan koloni semut untuk perkembangannya. Tidak seperti tanaman lain yang mencari makan dengan akarnya, Sarang Semut sebagai tanaman epifit memfungsikan akarnya untuk berpegangan pada tanaman lain. Makanan didapat dari sampah organik yang dihasilkan koloni semut . Sarang Semut juga menyerap karbon dioksida yang dihasilkan semut. (bersambung).