Selain itu, senyawa lainnya ikut membantu dan bekerja saling melengkapi, misalnya alkaloid, yang berperan sebagai antioksidan, yang berperan mendukung regenerasi sel dan membasmi radikal bebas.
Sementara saponin berperan memacu pembentukan kolagen, sejenis protein yang berperan dalam penyembuhan luka dan minyak atsiri berperan dalam melancarkan proses metabolisme.
Efek farmakologis. Hasil penelitian Abou Zeid dan rekan-rekan, yang dimuat dalam Bulletin of The National Research Centre, Cairo, pada tahun 2007, menyinmpulkan kandungan senyawa aktif yang dimiliki, menjadikan binahong memiliki efek farmakologis sebagai antiradang, analgesik (penurun panas), antipiretik (pereda nyeri), antihiperlipidemik (mencegah perlemakan berlebih dalam darah), serta menghambat pertumbuhan sel kanker.
Penelitian lain menunjukkan, penderita hematoma yang diberi binahong selama 3 hari berturut-turut, peradangannya menurun secara signifikan. Di saat yang sama, jumlah membran sel – yang berperan membentuk jaringan baru – meningkat tajam. Hematoma yaitu pendarahan di bawah kulit akibat rusaknya jaringan kulit, otot, atau ligamen yang disertai kerusakan pembuluh darah.
Dalam penelitian lain, binahong terbukti efektif membantu mengatasi penyakit menular seksual, HIV-AIDS, herpes, serta membunuh bakteri Staphylococcus aereus dan Pseudominas aeruginosa penyebab infeksi usus.
Dr Prapti menilai, secara umum binahong cukup aman dikonsumsi sehari-hari, baik dalam bentuk makanan maupun rebusan. Namun yang perlu diperhatikan, jika kita sedang mengalami gangguan penyakit tertentu, sebaiknya lebih berhati-hati.
Disarankan, jika akan mengonsumsi binahong sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu pada dokter atau herbalis. Dengan begitu, jumlah dosis dan aturan minum yang aman serta efektif bisa disesuaikan, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. (*)