Memilih untuk berada di wilayah aman dengan menghindari masalah memang dapat mempertahankan perkawinan. Tapi hubungan suami-istri bukan hanya kebersamaan di tempat tidur yang sah. Lalu bagaimana idealnya? Simak tip berikut ini!
Sehatalami.co ~ Saat menikah, banyak orang merasa sudah mengenal dan memahami kebutuhan pasangannya. Secara umum para calon suami tahu bahwa istri butuh kesetiaan, dicintai, dan dibutuhkan. Sebaliknya para calon istri juga mengetahui bahwa suami juga butuh penghargaan, kekaguman, dan dorongan.
Tetapi, setelah fase romantis berlalu, kita menghadapi kenyataan bahwa perkawinan adalah sebuah proses yang sangat menantang. Karena saat itu kita memasuki periode kekecewaan. Fase ini muncul dari tekanan-tekanan perkawinan yang biasa, harapan yang tidak terpenuhi, dan kesalahan-kesalahan pasangan. Teori tinggal teori. Saat itu hanya ada dua pilihan, menghindarinya dan berada di wilayah aman atau menghadapinya.
Memilih untuk berada di wilayah aman dengan menghindari masalah memang dapat mempertahankan perkawinan. Tapi hubungan suami-istri bukan hanya kebersamaan di tempat tidur yang sah.
Nyamankah Anda berada dalam perkawinan yang tenang namun tanpa gairah tanpa keintiman? Waktu berlalu sementara Anda tidak tahu apa yang diinginkan, harapan, dan tujuan pasangan Anda. Ibarat bom waktu, Anda harus waspada terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.
Menghadapi perubahan
Lalu bagaimana jika Anda memilih untuk menghadapinya? Pilihan ini pun berisiko terhadap munculnya pertengkaran, air mata, dan pengikisan besar-besaran ego kita. Tapi pilihan itu berpeluang untuk terjadinya saling memahami yang mengantar kita pada perkawinan yang hangat. Yang penting adalah cara menguatkan komitmen sehingga tetap bertahan dalam mencapai perkawinan bahagia.
Perceraian tidak hanya terjadi pada kalangan selebritis. Kenyataannya dalam 10 tahun terakhir, kita bisa mengamati adanya peningkatan perceraian di Tanah Air, bahkan mungkin di seluruh dunia. Apakah komitmen perkawinan masa kini tampaknya memang sedang mengalami penurunan kekuatan?
Komitmen tidak sulit dijaga saat pasangan masih dalam fase romantis, tapi menjadi tantangan setelah berada pada fase berikutnya. Saat itulah pasangan seharusnya lebih melihat realitas bahwa keadaan sudah berubah. Dalam keadaan demikian saling terbuka menjadi faktor penentu keberhasilan perkawinan.
Komunikasikanlah setiap masalah yang ada. Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya hubungan timbal balik antara suami dan istri, sehingga terjadi saling pengertian. Waspadailah faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat komunikasi yang sumbernya seringkali dari kebiasaan-kebiasaan sepele.
Yang tak kalah penting, cobalah untuk tidak mementingkan diri sendiri dan keinginan sendiri saja. Kalau perlu, masing-masing bersedia mengubah diri demi menjaga gairah dan keintiman dengan pasangan.
Komitmen, gairah, dan keintiman
Komitmen, gairah, dan keintiman adalah resep kedekatan hubungan dalam perkawinan. Tanpa komitmen, suatu perkawinan hanyalah pesta tak terkendali. Sebaliknya, tanpa gairah, perkawinan bagaikan upacara kematian. Karena itu, cobalah mempertahankan kerja sama ketiganya dengan:
1. Membicarakan tujuan personal dan bersama
Menjadi lebih dekat setelah mengikuti multilevel marketing (MLM), menjadi cerita klasik para pasangan leader (peserta yang sudah mendapat peringkat tertentu). Bahkan konon, banyak di antara mereka batal bercerai karena kegiatan tersebut. Mengapa? Di sisi peluang mendapatkan uang lebih, kegiatan MLM biasanya juga memberi pelatihan untuk menggali mimpi dan bekerja untuk mencapainya.(bersambung).