“Being happy doesn’t mean that everything is perfect. It means you’ve decided to look beyond the imperfections.” (Unknown)
Sehatalami.co ~ Siapa tidak risau atau setidaknya merasa kecewa di tengah wabah virus corona (Covid-19) yang sedang melanda dunia saat ini. Banyak jadwal aktivitas dan perjalanan bisnis bahkan harus tertunda. Namun jika kita kembalikan kepada sesuatu yang di luar kuasa manusia, kita tentu akan menyadari bahwa semua terjadi kareha kehendak Tuhan. Atau setidaknya dalam bahasa lain, atas kehendak alam.
Bagi individu yang senantiasa terhubung dengan kekuasaan Tuhan, dan menyadari betapa selama ini begitu besar karunia-Nya bagi kehidupan manusia dan alam, niscaya ia akan selalu bersyukur kepada Tuhan apapun keadaannya. Karena sejatinya semua peristiwa pasti akan mendatangkan hikmah, baik bagi setiap Individu maupun alam umumnya.
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita tetap bersyukur dan bahagia di tengah wabah Covid-19 yang sedang melanda dunia? Bagaimanapun, seperti yang dikatakan oleh Frances Lefkowitz dalam artikelnya yang berjudul “Happy I hard Times”, selain kebahagiaan dan kenyamanan, hidup juga menawarkan kesedihan dan kekecewaan.
Meski begitu, Lori Deschene, penulis Tiny Buddha, Simple Wisdom for Life’s Hard Questions, juga mengingatkan bahwa sesulit apa pun kehidupan yang kita hadapi, kita haruslah berusaha untuk tetap bahagia. “Jika Anda memilih untuk merasa bahagia saat ini, keuntungannya akan Anda rasakan sampai di masa depan,” demikian katanya.
Apa yang diungkap oleh Deschene ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dr Dacher Keltner dari University of California. Penelitiannya diawali dengan pengamatan terhadap foto 111 orang wanita yang diambil antara tahun 1958 sampai 1960. Dari proses penelitian tersebut diketahui bahwa para wanita yang mengekspresikan lebih banyak emosi positif dalam foto itu, secara mental lebih fokus dalam menjalani hidupnya, memiliki perkawinan yang lebih bahagia, dan bahkan merasa lebih puas dengan kehidupannya. “Kita bisa memprediksikan masa depan seseorang hanya dengan melihat kualitas senyuman mereka sekarang,” demikian Keltner menyimpulkan.
Tetap tersenyum, bagaimana caranya?
Karena begitu pentingnya rasa bahagia – tak hanya untuk saat ini, tapi bahkan juga menentukan masa depan – Lefkowitz mengingatkan, kita harus menjalani hidup dengan bijaksana, khususnya saat menghadapi masa-masa yang sulit, sehingga kita bisa berkembang.
Salah satu cara yang diusulkan oleh MJ Ryan, penulis AdaptAbility, adalah dengan memberi arti pada penderitaan yang sedang Anda alami. “Menemukan arti dari penderitaan tak hanya akan membuat Anda bertahan hidup, tapi juga membuat hidup Anda bergerak maju,” kata Ryan.
Berikut adalah beberapa tip dari para ahli, yang semoga bisa membuat Anda tersenyum, meski ombak dan badai tak henti-hentinya menerjang perahu hidup Anda.
1. Khawatir yang produktif
Langkah pertama yang harus diambil saat datang masalah adalah menghadapi semua kekhawatiran dan ketidaknyamanan itu dengan kepala tegak, demikian dikatakan oleh seorang psikoterapis, Jerilyn Ross.
Ia lebih lanjut menjelaskan adanya perbedaan antara kekhawatiran yang produktif dengan kekhawatiran yang bersifat merusak. “Kekhawatiran yang produktif mendorong Anda untuk mengambil tindakan, sementara kekhawatiran yang bersifat merusak, membuat kepala Anda dipenuhi pemikiran-pemikiran yang cenderung membuat masalah semakin besar dan banyak,” kata Ross.
2. Ubah posisi tubuh
Ketika ada berita buruk datang, respons yang biasa muncul pertama kali adalah menutup diri, antara lain dengan berkata, “Ini tidak mungkin terjadi.” Karenanya, menurut Lefkowitz, belajar untuk terbuka, baik secara mental maupun fisik, akan memudahkan kita untuk menerima segala yang terjadi, menikmati sensasi yang menyertai setiap momen, dan mendorong munculnya tindakan yang produktif.
Langkah termudah untuk bisa lebih terbuka adalah mengubah sikap tubuh. “Rentangkan kedua lengan Anda, menjauh dari sisi tubuh Anda. Tahan posisi yang terbuka itu, selama lima kali tarikan napas yang dalam,” usul Marci Shimoff, penulis Happy for No Reason.
Posisi tubuh yang terbuka ini diyakini Shimoff juga akan membuat Anda secara mental, merasa lebih terbuka. “Mengubah postur tubuh, bisa mengubah suasana hati kita juga,” tegas Shimoff.
3. Mengeluarkan kekuatan super!
Masalah seringkali membuat seseorang melihat lebih jauh ke dalam dirinya, dan menemukan kemampuan-kemampuan yang selama ini tersembunyi, kata Michael Meade, penulis buku The World Behind the World.
“Belum pernah ada orang yang berhasil melewati masa-masa sulit tanpa menemukan sesuatu dalam dirinya – keberanian, kesabaran, ketekunan, kemandirian – yang mungkin tidak bisa mereka temukan sebelumnya,” ungkap Meade.
Ini tidak berarti kita mengharapkan masalah supaya hidup kita lebih baik, tapi meyakinkan kita bahwa di balik kegelapan, selalu ada cahaya terang untuk hidup kita.
4. Yang ini sudah, apa lagi sekarang?
Kemampuan beradaptasi adalah satu hal yang dibutuhkan seseorang saat menghadapi peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan dalam kehidupan, demikian diyakini Ryan.
Orang-orang yang mampu beradaptasi dengan baik, punya sikap yang unik dalam menghadapi tantangan kehidupan. Ryan menyebutnya sebagai sikap, ‘Yang ini sudah saya atasi, sekarang apa lagi?’
5. Mau berubah
Orang yang mampu beradaptasi dengan baik juga adalah mereka yang mau berubah, dari situasi yang penuh dengan kesedihan, kekecewaan, atau penyesalan, berubah menjadi fokus pada semua pilihan-pilihan dan kesempatan yang terbuka lebar untuk kita coba.
Sebaliknya, keengganan untuk berubah, menurut Ryan sama dengan sebuah kematian. “Kematian mimpi-mimpi, keyakinan, bahkan juga ide-ide,” kata Ryan.
6. Waktu, dedikasi, dan kreativitas
Perubahan memang memungkinkan kita menemukan sesuatu yang lebih baik dari yang kita miliki saat ini. Namun Lefkowitz mengingatkan, “Diperlukan waktu, dedikasi, dan kreativitas.” Dengan begitu, kita bisa mengambil keuntungan dari sebuah krisis.
7. Tenang dan Diam
Kesedihan, kemarahan, kekecewaan, dan berbagai emosi negatif lainnya, dapat mengurangi kemampuan otak untuk berpikir secara jernih, bahkan mengurangi kreativitas. Hal ini akan menghambat kita dalam proses pencarian solusi.
Karenanya, menurut Kamal Sarma, penulis buku Mental Resilience, meditasi adalah salah satu cara paling ampuh untuk menjernihkan pikiran dan jiwa kita, yang akan membantu kita dalam membuat keputusan yang tepat, bahkan di saat-saat yang sulit.
Meditasi, ditambahkan oleh Sarma, adalah cara untuk mengistirahatkan jiwa, yang seringkali terlupakan, apalagi di saat menghadapi masalah yang berat.
Beberapa cara sederhana untuk mengistirahatkan jiwa, diusulkan oleh Lefkowitz, “Saat berada di kantor, tutup mata Anda, dan duduk diam selama beberapa menit, sambil menghirup dan melepaskan napas perlahan-lahan, dan fokuskan perhatian pada ujung hidung.
Atau, saat makan siang, makanlah potongan buah Anda secara perlahan-lahan, nikmati rasanya, aromanya, dan setiap sensasi yang Anda rasakan di mulut Anda.”
8. Kumpulkan semua sumber daya
Meditasi, daftar peluang dan rencana, juga waktu dan dedikasi memang akan memperkuat diri Anda. Meski begitu, ketika hal-hal berat terjadi, kita butuh orang lain.
Ryan mengatakan, “Teman-teman Anda pasti sangat ingin membantu Anda, dan mereka akan sangat senang jika tahu apa yang harus dilakukan.” Karenanya, Ryan melanjutkan, “Beritahu teman dan kenalan Anda tentang hal-hal yang telah Anda lakukan, kesulitan-kesulitan yang telah berhasil Anda lalui, dan apa yang Anda butuhkan dari mereka.”
9.Temukan pelajaran
“Selalu ada pelajaran yang berharga, bahkan di tempat-tempat yang kita hindari,” begitu kata Shimoff. Bahkan Shimoff meyakini, tanpa hambatan-hambatan dalam kehidupan, mustahil kita menemukan pelajaran tentang kehidupan.
Untuk menemukan makna dari sebuah peristiwa, Lefkowitz menyarankan untuk menggunakan beberapa pertanyaan, yang pada akhirnya bisa mengungkap hal-hal yang penting dan yang benar-benar ingin Anda lakukan untuk hidup Anda.
Beberapa pertanyaan itu, seperti: Apa yang bisa saya pelajari dari hal ini? Di sisi mana saya lebih kuat sekarang? Adakah tujuan yang lebih besar yang membuat saya harus melalui ini?
10. Bersyukur
Ryan meyakini, bersyukur adalah salah satu cara terbaik dalam menghadapi masa sulit kehidupan. “Menyadari hal-hal baik yang sudah kita terima dan miliki, akan membantu kita untuk merasa bahagia, dan selanjutnya, rasa bahagia akan membantu kita menemukan sumber-sumber energi yang kita butuhkan untuk melangkah maju,” tegas Ryan.
11. Sumber kebahagiaan sejati
Lefkowitz juga mengatakan bahwa saat-saat yang berat juga bisa dijadikan pengingat akan sebuah kebenaran sejati, bahwa kebahagiaan datangnya dari dalam diri sendiri, dan bukan dari luar diri kita.
Karenanya, Deschene meminta kita untuk membayangkan hal-hal yang akan membuat Anda dipenuhi rasa bahagia, seperti duduk-duduk di tepi pantai dan mendengarkan debur ombak, bermain bersama hewan peliharaan, mendaki gunung dan menikmati keindahan alamnya, dan sebagainya. “Berfokus pada hal-hal yang menyenangkan semacam itu, sekarang juga, akan membuat hidup Anda terasa lebih indah,” kata Deschene.
Cara sederhana ini akan membantu Anda melalui perubahan apa pun dalam kehidupan Anda, bahkan yang tersulit sekalipun. Ditegaskan oleh Shimoff, “Kebahagiaan yang bertahan lama, tidak tergantung dari lingkungan sekitar kita.
Kebahagiaan bukanlah emosi atau rasa nyaman yang muncul ketika segala sesuatu berjalan dengan sempurna, atau saat kita mendapat apa yang kita inginkan, tapi kedamaian hati yang Anda bawa ke manapun Anda pergi,” kata Shimoff. (SA)