Sehatalami.co ~ Sejak pandemi covid-19 menyebar ke seluruh dunia, banyak negara berlomba melakukan penelitian untuk mencari vaksin dan obat penawarnya. Setelah vaksin covid-19 berhasil diproduksi secara masal. Langkah maju berikutnya mengenai obat-obatan yang secara langsung efeektif untuk mengobati covid-19.
Saat ini, obat-obatan untuk mengatasi wabah Covid-19 terus dikembangkan. Beberapa sudah bisa diproduksi dan mendapatkan izin penggunaan di beberapa negara. Terbaru, dilansir dari laman kompas.com (3/12/21), obat Covid-19 hasil kerja sama perusahaan farmasi GlaxoSmithKline (GSK) dan Vir Biotechnology telah mendapatkan izin penggunaan di Inggris.
Obat yang diberi nama Xevudy (sotrovimab) itu dinyatakan aman dan efektif mengurangi risiko rawat inap dan kematian pada orang dengan infeksi Covid-19 ringan hingga sedang, yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah.
Sebelumnya, perusahaan farmasi Merck telah merilis obat dalam bentuk pil, molnupiravir, yang juga telah mendapatkan izin penggunaan di Inggris. Obat Covid-19 lain yang tengah dikembangkan adalah Paxlovid buatan perusahaan farmasi Pfizer, yang juga merupakan produsen vaksin Covid-19 bertipe mRNA. Berikut ini profil obat-obatan yang diklaim mampu obati Covid-19
1. Obat GSK
Badan Regulator Obat-obatan dan Perawatan Kesehatan Inggris (MHRA) telah mengeluarkan izin penggunaan obat Covid-19 Xevudy (sotrovimab) buatan GSK dan Vir Biotechnology. Melansir laman MHRA, Kamis (2/12/2021) Chief Executive MHRA June Raine mengatakan, pihaknya menyambut baik kehadiran obat GSK sebagai opsi tambahan pengobatan Covid-19.
“Saya senang untuk mengatakan bahwa kita sekarang memiliki pengobatan Covid-19 lain yang aman dan efektif, Xevudy (sotrovimab), bagi mereka yang berisiko terkena penyakit parah,” kata Raine.
Obat sotrovimab adalah antibodi monoklonal tunggal. Obat tersebut bekerja dengan cara mengikat protein spike yang berada di bagian luar virus Covid-19. Hal itu mencegah virus corona menempel dan memasuki sel manusia, sehingga tidak dapat bereplikasi di dalam tubuh.
MHRA menyebutkan, dari hasil uji klinis, dosis tunggal antibodi monoklonal ditemukan mengurangi risiko rawat inap dan kematian sebesar 79 persen pada orang dewasa berisiko tinggi dengan infeksi Covid-19 yang bergejala.