Studi Brian dkk (2002) menunjukkan hubungan signifikan antara pemberian suplemen asam folat, vitamin B12 dan vitamin B6 dengan kemampuan mengingat wanita dari berbagai kelompok umur. Penelitian Karger dan Basel (2003) menyatakan, terjadi perbaikan fungsi blood brain barrier dan normalisasi kadar homosistein, lewat dosis tinggi vitamin B12, B6 dan folat selama 270 hari pada 30 pasien yang mengalami kerusakan kognitif dan peningkatan kadar homosistein dalam darah.
Perbaikan ini berkaitan dengan penurunan faktor risiko demensia. Sedangkan studi Morris (2002) menyimpulkan, demensia dapat disebabkan oleh insufisiensi niasin. Energi yang dihasilkan oleh niasin, memberikan efek proteksi terhadap terjadinya alzheimer dan penurunan fungsi kognitif yang berkaitan dengan usia.
Vitamin B3, B6, asam folat dan B12
Untuk melakukan aktivitasnya, otak perlu energi berupa glukosa. Glukosa terutama diperoleh dari sirkulasi darah otak. Agar nutrisi tersebut berfungsi, tubuh melakukan metabolisme. Metabolisme terkait dengan keberadaan vitamin sebagai kofaktor enzim-enzim pemetabolisme.
Vitamin B3 penting untuk sirkulasi darah dan kesehatan kulit. Defisiesi (kekurangan) niasin yang dikenal dengan 3D syndrome (dermatitis, diare, demensia) umum terjadi. Defisiensi niasin dapat menyebabkan depresi, kecemasan, mania, defisit memori dan dapat berlanjut menjadi demensia.
Vitamin B6 perlu untuk menjaga kesehatan darah, kulit dan fungsi sistem saraf. Sebagai kofaktor enzim, vitamin B6 penting untuk absorpsi lemak dan protein. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan depresi, sensitive terhadap suara dan mudah iritasi. Namun, penggunaan dalam waktu lama (1000 mg/hari) dapat merusak saraf. (bersambung).