Internet menjadi salah satu bagian yang tidak terelakkan dalam kehidupan sekarang ini. Hampir semua sektor telah menggunakan jasa internet. Namun disisi lain penggunaan internet bisa juga mendatangkan sebuah gejala yang dinamakan cyberchondria.
Apa itu cyberchondria? Cyberchondria adalah gejala di mana seseorang terlalu memikirkan kondisi kesehatan mereka dan mencoba mendiagnosisnya sendiri dengan bantuan informasi yang tersedia di internet daripada memilih berkonsultasi dengan ahli kesehatan. Cyberchondria sangat berbeda dengan dengan hipokondria. Yang terakhir adalah di mana kondisi di seseorang sangat khawatir tentang kesehatannya dan rasa itu sangat berpengaruh pada kondisi psikologis.
Secara istilah cyberchondria adalah gabungan dari kata cyber dan chondria, yaitu kondisi seseorang yang secara kompulsif mencari informasi di internet mengenai gejala penyakit yang terjadi atau dibayangkan terjadi padanya. Dalam tulisannya di kompasiana, Evita Yolanda seorang general physician menyebutkan bahwa pada kondisi cyberchondria, pasien merasa kegelisahannya bertambah ketika ia membaca informasi mengenai keluhan atau penyakit tersebut. Meskipun demikian, rasa kebutuhan akan informasi tersebut tetap ada pada dirinya, sehingga ia berada dalam lingkaran setan yang serba salah.
Sebuah jurnal terbitan Journal of Anxiety Disorders tahun 2016 yang memuat penelitian dari Universitas Vrije Amsterdam menyatakan bahwa perilaku mencari-cari informasi seputar kesehatan melalui internet ini memang berkaitan dengan kecemasan terhadap kondisi kesehatan.
Masalahnya Cyberchondria ini saat ini telah menjadi perhatian di kalangan praktisi kesehatan,karena cenderung semakin banyak. Para ahli berpendapat bahwa cyberchondria sering terjadi pada seseorang yang memiliki pengalaman kehilangan orang atau ada orang di sekitarnya yang terkena penyakit serius. Misalnya seorang ibu yang baru melahirkan juga rentan terhadap cyberchondria. Mereka mereka cenderung mencari informasi kesehatan di internet.
Orang yang terjangkit cyberchondria ini bisa mencari informasi tentang gejala penyakit selama 2-3 jam setiap harinya. Kecemasan akan semakin bertambah parah ketika mereka melakukan berbagai penelitian mengenai gejala penyakit. Kemudian merasa memiliki berbagai penyakit berat, meskipun gejalanya tidak seperti bayangannya. Kemudian pikirannya menjadi semakin cemas setelah membaca literatur di internet.
Laman Antaranews melansir bahwa cyberchondria dapat diobati dengan terapi perilaku kognitif, yaitu dengan mengubah pikiran negatif seseorang tentang diri sendiri dan dunia melalui pola perilaku. Perawatannya hampir sama dengan orang-orang yang menderita depresi. Diharapkan terapi ini membantu mengatasi kebiasaan membaca informasi yang berhubungan dengan kesehatan. Kalau merasa ada yang tidak beres pada kesehatannya, lebih baik segera dikonsultasikan kepada ahli medis. (Nurul Huda)