Dr Otto Heinrich Warburg, ilmuwan asal Jerman pemenang hadiah Nobel bidang kesehatan, membuktikan bahwa sel-sel kanker memerlukan glukosa untuk pertumbuhannya. “Sel-sel kanker tidak dapat berkembang dan menyebar tanpa bantuan glukosa.
Sehatalami.co ~ Bukan rahasia lagi, gula merupakan makanan favorit jamur dan bakteri. Penelitian menemukan, konsumsi gula memicu pertumbuhan jamur Candida albicans penyebab infeksi candidiasis berupa keputihan, sariawan, dan masih banyak lagi.
Sejak tahun 1923, telah diketahui bahwa sel kanker memerlukan lebih banyak gula daripada sel normal. Dalam bukunya yang berjudul Beating Cancer with Nutrition, Dr Patrick Quillin, ahli gizi dari San Diego, Amerika Serikat, mengungkapkan, sel-sel kanker itu mengambil glukosa dari darah dan langsung menggunakannya sebagai energi.
Hal yang sama juga ditemukan Dr Otto Heinrich Warburg, ilmuwan asal Jerman pemenang hadiah Nobel bidang kesehatan, yang membuktikan bahwa sel-sel kanker memerlukan glukosa untuk pertumbuhannya. “Sel-sel kanker tidak dapat berkembang dan menyebar tanpa bantuan glukosa,” kata Warburg.
Sementara itu, para peneliti di rumah sakit Sloan-Kettering Cancer di New York City, Amerika Serikat, menggunakan vitamin C berlabel radioaktif yang struktur kimianya nyaris identik dengan glukosa, untuk mencari tahu mekanisme sel-sel kanker memakan glukosa.
Sel-sel kanker itu menghisap habis vitamin C seperti spons yang kehausan, dengan rakusnya. Bedanya, setelah menghisap vitamin C sel-sel kanker tersebut bunuh diri, sebaliknya setelah menghisap glukosa sel-sel kanker itu menjadi lebih berenergi.
Secara tidak langsung, kaitan gula dengan kanker diduga berhubungan erat dengan lonjakan insulin. Meningkatnya kadar insulin mendorong produksi prostaglandin. Menurut Dr Susan M. Fisher, ahli karsinogenesis di MD Anderson Cancer Center, Science Park-Research Division, University of Texas, Amerika Serikat, prostaglandin dapat berperan terhadap kanker melalui beberapa mekanisme. Antara lain dengan meningkatkan perkembangbiakan sel, bunuh diri sel, atau jumlah sel karsinogenik si pencetus kanker. (SA)