Berbagai upaya dilakukan tanpa banyak membawa perubahan. Akhirnya, doker menyadari bahwa perlu menggali lebih dalam untuk mendapatkan jawaban. Akhirnya, muncul hubungan antara emosi dan penyakit yang dideritanya. Pasien mulai menderita batuk setelah ibunya meninggal.
Dokter menyanyainya tentang bagaimana dia bersedih dan pasien menjelaskan bahwa dia tidak pernah merasa bersedih. Dia tidak pernah bisa menangis, hingga waktu berlalu sampai ia tidak tahu bagaimana caranya bersedih.
Tentu saja, bagian selanjutnya dari kisah ini adalah di mana dokter memberi tahu bahwa tidak ada salahnya mengungkapkan emosi kesedihan yang dialami setelah ibunya tiada. Pelepasan emosi sedih yang terpendam, ternyata mampu mengubah mentalnya. Ia menjadi bisa menerima kenyataan dan melanjutkan hidupnya sendiri. Dan ini ternyata memberi hasil yang luar biasa. Tidak terlalu lama setelah dia berani mengungkapkan emosinya, melepaskannya, batuknya sembuh sendiri.
Klinik perawatan fisik dan emosi
Pengalaman baiknya, kini semakin banyak klinik tetapi yang telah mengadopsi perawatan kedua aspek kesehatan, antara masalah gangguan fisik dengan pendekatan emosi dengan hasil yang luar biasa.
Berita terbaik dengan jenis perawatan ini adalah hal ini tidak terbatas pada sesi konseling atau terapi klinik, tetapi lebih dari itu, juga berlaku bagi perawatan tubuh dengan cara yang berbeda, yakni bagaimana menyeimbangkan antara tubuh, pikiran, dan emosi dalam kehidupan kita.
Kenyataannya adalah, kita tidak boleh mengabaikan aspek fisik dari kondisi kesehatan. Selalu penting bagi kita untuk melihat gambaran lengkap untuk membuat perubahan positif pada kesehatan kita.
Meskipun gagasan untuk melihat keadaan emosional yang terkait dengan gejala fisik mungkin merupakan ide yang sangat baru bagi dunia kesehatan pada umumnya, ada baiknya menjadi bahan pertimbangan, khususnya terkait dengan kesehatan Anda sendiri, terutama terhadap kondisi ketidaknyamanan yang datang secara berulang. (SA)