Awal Maret lalu (4/3) DR. Dr. Tan Shot Yen, M.Hum berhasil mempertahankan disertasi berjudul, “Model Pemberdayaan Terhadap Penyandang Dewasa Diabetes Tipe 2 untuk Meningkatkan Asupan Sayur dalam Mencapai Kontrol Glikemik ” dalam sidang terbuka di depan Tim Penguji Promosi Doktoral, Program Pascasarjana, Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (FKUI).
Dalam disertasinya, DR. Tan Shot Yen, berhasil membuktikan secara bermakna bahwa peningkatan asupan sayuran pada penyandang dewasa diabetes tipe 2 ( > 400 gram per hari), selama 12 Minggu, dapat menurunkan kadar gula darah penderita diabetes tipe 2 secara bermakna.
Dalam penelitian yang melibatkan 84 sukarelawan itu, DR. Tan Shot Yen, membagi subjek penelitian ke dalam dua kelompok. Masing-masing 42 orang masuk kelompok intervensi dan 42 orang lainnya masuk kelompok kontrol. Selama 12 Minggu subjek kelompok intervensi mendapat Model Pemberdayaan ( coaching) dalam pertemuan seminggu sekali dengan petugas kesehatan. Sementara kelompok kontrol mendapat konseling umum diabetes yang meliputi 3J ( jadwal, jenis, jumlah) seminggu sekali.
Selama penelitian berlangsung, kelompok intervensi menunjukkan peningkatan asupan sayur sebesar 740,0 gram di akhir studi. Sementara kelompok kontrol hanya berhasil meningkatkan asupan sayur sebanyak 66, 5 gram di sepanjang studi atau selama 12 Minggu. Merujuk pada WHO/FAO expert consultation on diet, nutrition and the prevention of chronic diseases, peningkatan asupan sayur pada kelompok intervensi tersebut telah memenuhi rekomendasi konsumsi sayur > 400 gram per hari.
Metode dan hasil penelitian
Penelitian yang menggunakan Metode Pemberdayaan, yaitu metode penelitian yang terdiri dari tiga mekanisme tak terpisahkan antara Porter and lawler motivational coaching ( bertujuan untuk membantu subjek mengambil keputusan secara mandiri untuk mencapai hasil yang memuaskan), Kotter’s 8 steps to successful chance ( bertujuan untuk mengajak subjek beralih ke kesadaran perlunya mengubah dan mempertahankan pendirian subjek, sekaligus memotivasi subjek untuk mengajak orang lain memiliki visi yang sama), dan Creative kitchen ( aplikasi terhadap 32 resep menu sayur segar dalam creative kitchen bagi para subjek untuk meningkatkan asupan sayur), ini menemukan bahwa nilai rata-rata hemoglobin terglikasi ( HbA1c ) di kelompok intervensi turun 3,1 %, sedang pada kelompok kontrol hanya turun 2,3 %.
Penelitian juga menemukan bahwa rata-rata gula darah puasa di kelompok intervensi turun 78,6 % mg/dL. Sedangkan kelompok kontrol hanya turun sebesar 50,0 % mg/dL. “Ini menunjukkan penurunan signifikan yang bermakna bagi subjek kelompok intervensi, dibanding subjek pada kelompok kontrol (p=0,034), “ tulis DR. Tan Shot Yen, dalam ringkasan disertasinya.
Tidak hanya itu, penelitian juga menemukan terjadi penurunan gula darah 2 jam setelah puasa, (post prandial) pada subjek setelah 12 minggu, yaitu 156,3 % mg/dL pada kelompok intervensi dan 101, 9 % mg/dL pada kelompok kontrol. Sebuah temuan penting, sebab penurunan gula darah 2 jam setelah puasa, ini sering menjadi indikasi bagi tingkat keberhasilan dalam penanganan dan upaya kontrol gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
Pergeseran pola makan dengan banyak asupan sayur dalam penelitian ini juga berhasil menurunkan lingkar pinggang pada kelompok intervensi sebesar 3,1 cm di akhir studi. Jauh lebih besar dibanding kelompok kontrol yang hanya 0,9 cm.
Dengan adanya temuan dalam penelitian ini, akan semakin membuktikan bahwa peningkatan asupan sayuran > 400 gram per hari dari segala jenis sayur segar, baik yang tidak dimasak seperti berbagai jenis selada, berbagai jenis tomat, ketimun, wortel, terung lalap, berbagai jenis tauge, petai, poh-pohan, paprika, aneka bawang, cabai, kacang panjang, kemangi, kol dan leunca, mau pun jenis sayuran yang biasa dimasak seperti bayam, kangkung, daun singkong, gambas, daun katuk, daun melinjo, dapat memperbaiki kontrol gula darah pada penyandang dewasa diabetes tipe 2.
“Itu menunjukkan bahwa sebetulnya ada pilihan lain selain pendekatan farmakologis dalam penatalaksanaan diabetes tipe 2. Ialah dengan cara pemberdayaan dan penyadaran terhadap pasien sendiri, dengan memanfaatkan tradisi dan warisan kuliner nusantara, melalui peningkatan asupan sayuran segar,” jelas DR. Tan Shot Yen.
Lebih dari itu, ini juga sekaligus semakin menjelaskan bahwa peningkatan asupan sayuran sehari-hari sangat penting untuk menjamin kecukupan mikronutrien, dan kebutuhan mineral serta zat gizi lain dalam meningkatkan kualitas kesehatan secara umum.
Dengan begitu, kini terpulang kepada setiap individu dan pihak terkait untuk menjawab tantangan dalam menjaga kualitas kesehatan di masa mendatang. (SA).