Melihat kehidupan hanya sebagai dua sisi, hitam dan putih, ternyata merugikan diri kita sendiri, baik secara fisik maupun psikis. Karena itu, temukan sisi abu-abu dari setiap pengalaman, agar hidup kita menjadi lebih indah.
Sehatalami.co ~ ”Kalau tidak menang berarti kalah, kalau tidak benar berarti salah,” begitu kira-kira jalan pikiran orang-orang yang berpikir secara hitam putih. Di dalam pemikiran mereka, selalu ada dua sisi ekstrim, yang tak bisa dikompromikan.
Dr George Simon, PhD, psikolog klinis dari Texas Tech University dengan spesialisasi gangguan kepribadian dan karakter, mengatakan bahwa orang dengan pola pikir hitam-putih yang terlalu ekstrim ini, biasanya juga memiliki perilaku yang ekstrim.
”Jika tidak mendapatkan yang diminta, maka mereka tak mau menerima apa pun. Jika tak berada di posisi atas, mereka merasa jadi korban penindasan; dan jika ada satu orang yang tidak setuju dengan pendapatnya, maka ia menganggap dirinya sama sekali tak dihargai,” papar Simon.
Pola pikir kanak-kanak
Sebenarnya, pola pikir hitam-putih ini wajar jika terjadi pada kanak-kanak. ”Ketika anak sedang belajar menggunakan kata-kata dan mengembangkan kemampuan kognitifnya, anak-anak biasanya melihat dan mengekspresikan dunia di sekitarnya dengan pola hitam dan putih. Perkembangan psikologis di tingkat ini disebut pola pikir primitif,” kata Mark Sichel, seorang psikoterapis dan penulis buku Healing from Family Rifts.
Namun ada orang-orang dewasa yang seharusnya menggunakan pola pikir yang dewasa, seringkali kembali ke tingkat berpikir primitif ini. ”Ketika stres, depresi, bingung, dan berhadapan dengan masalah emosi lainnya, mereka menghadapinya dengan kembali ke pola pikir di masa kanak-kanak,” kata Sichel. Padahal, menghadapi masalah dengan pemikiran secara hitam-putih bukanlah solusi yang tepat.
Mengganggu kesehatan mental dan fisik
Selain tidak menyelesaikan masalah, pola pikir hitam-putih ini juga harus diwaspadai karena dapat menimbulkan gangguan. Dr Alistair Ostell, dosen psikologi di University of Bradford Management Center, telah membuktikan dalam penelitiannya bahwa orang dengan pola pikir yang sangat kaku ini ternyata lebih mudah mengalami masalah fisik dan emosional dibanding dengan mereka yang berpikiran terbuka dan fleksibel.
Dalam penelitiannya, Ostell mewawancarai 80 kepala sekolah, dan mengelompokkan mereka dalam tipe absolut (hitam-putih) dan nonabsolut (fleksibel), sesuai dengan cara mereka menangani masalah pekerjaannya.
Dari penelitian tersebut terlihat bahwa mereka yang berada dalam kelompok absolut seringkali sangat marah ketika nilai atau tujuan mereka ditentang atau dihalangi oleh orang lain. Selain lebih mudah terganggu secara emosional, penelitian ini juga membuktikan bahwa orang yang berpikir secara hitam-putih akan mengalami kesulitan dalam menghadapi masalah dan menjalin hubungan baik dengan orang lain, bahkan dalam jangka panjang mengalami masalah kesehatan mental dan fisik. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam British Journal of Medical Psychology.(SA).