- Kita perlu memiliki keterampilan mengendalikan gelombang otak yang bisa memudahkan kita menenangkan diri di saat panik. Dengan demikian, kita tetap mampu memunculkan rasa bahagia saat didera berbagai masalah berat.
- Bisa tetap mudah berkonsentrasi dengan pekerjaan atau pelajaran meskipun suasana lingkungan tidak mendukung. Caranya bagaimana?
Sehatalami.co ~ Pernahkah Anda mengalami suatu saat dimana ketika ada suatu hal penting dalam hidup, tetiba berbagai ‘bencana’ datang mendera secara bersamaan. Saat harus memberikan presentasi yang penting artinya bagi kemajuan karier, tiba-tiba datang telepon dari rumah yang mengabarkan bahwa anak yang masih kecil mendadak sakit panas.
Atau ketika berusaha menenangkan diri dengan meneguk secangkir kopi, tanpa sengaja tangan tersenggol pinggiran meja sehingga sebagian kopi tumpah ke baju. Padahal di kantor tidak tersedia baju ganti.
Bisa juga saat itu Anda sedang berkonsentrasi penuh karena sedang menghadapi deadline pekerjaan. Tiba-tiba datang teman atau kerabat yang butuh pertolongan segera, atau ada berita menyedihkan yang datang dari orang yang paling kita sayangi.
Tapi mungkin juga, kita memang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang ‘berbakat’ mengubah suasana kerja atau suasana rumah menjadi tidak menyenangkan.
Di saat muncul banyak masalah, baik di kantor maupun di rumah, kita cenderung bereaksi dengan panik dan memunculkan emosi negatif. Padahal kepanikan justru membuat kita semakin sulit berkonsentrasi. Jika konsentrasi buyar, kita menjadi semakin panik dan cemas. Apa yang bisa dilakukan dalam kondisi demikian?
Sebenarnya hal-hal semacam itu akan lebih mudah diatasi kalau kita memahami cara bekerjanya otak. Kita perlu memiliki keterampilan mengendalikan gelombang otak yang bisa memudahkan kita menenangkan diri di saat panik. Dengan demikian, kita tetap mampu memunculkan rasa bahagia saat didera berbagai masalah berat.
Bisa tetap mudah berkonsentrasi dengan pekerjaan atau pelajaran meskipun suasana lingkungan tidak mendukung. Bonusnya berupa kemampuan memunculkan pikiran-pikiran kreatif pada saat yang dibutuhkan. Hal itu tentu sangat penting bagi para pekerja di bidang seni.
Tapi bagaimana caranya?
Belajar dari anak-anak. Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak ketika sedang bermain dengan teman-temannya? Lihatlah betapa mudahnya mereka tertawa bahagia. Meskipun mungkin baru saja saling mencakar dan sama-sama menangis, tapi beberapa menit kemudian mereka seolah sudah melupakan tangisnya dan sudah kembali bermain bersama dengan kompaknya.
Terkadang orangtua sering kurang memahami. Ketika melihat anaknya seolah ‘dimusuhi’ temannya, menjadi ikut ‘panas’ dan bersikap bermusuhan juga dengan teman anaknya maupun orangtuanya. Padahal sebelum emosi kedua orangtua masing-masing mereda, biasanya anak-anak itu sudah kembali berbaikan dan kembali bermain bersama. Mengapa anak-anak lebih mudah saling memaafkan dan lebih mudah merasa bahagia?
Hal itu karena anak-anak masih mudah menyetel gelombang otaknya memasuki frekuensi alpha – theta. Frekuensi alpha-theta ini normalnya kita alami ketika sedang rileks, melamun, dan berimajinasi; berbeda dengan kondisi beta yang dominan ketika kita dalam kondisi sadar sepenuhnya dan lebih banyak menggunakan akal pikiran.
Memasuki frekuensi alpha-theta itu sebenarnya merupakan keterampilan manusia yang alami. Namun, ketika mulai sekolah, kita dikondisikan menyetel gelombang otak yang dominan beta. Jadi, begitu menjadi orang dewasa, keterampilan memasuki kondisi alpha-theta itu hilang.
Apalagi tuntutan kehidupan modern membuat pikiran orang terfokus untuk bekerja keras demi tuntutan materi dan kehidupan yang konsumtif meskipun terpaksa mengurangi waktu tidur dan istirahat. Padahal saat tidur seharusnya manusia merasakan keempat frekuensi tersebut.
Dari frekuensi beta di mana kita dalam kesadaran penuh, gelombang otak turun ke alpha ketika kedua mata tertutup, lalu masuk ke theta, dan akhirnya ke delta saat kita tertidur pulas tanpa mimpi. Karena waktu tidur kurang, maka kita cenderung kurang mengalami kondisi alpha-theta, akibatnya kita makin mudah stres.
Alfa-Theta, membuat tenang, bahagia dan kreatif
Kemampuan untuk secara temporer mengubah kesadaran dari satu frekuensi ke frekuensi yang lain adalah keterampilan yang sangat penting, karena efeknya akan membantu menyeimbangkan otak, hati, dan jiwa. Keterampilan itu membuat seseorang menjadi pandai membaca situasi dan pandai menempatkan diri dalam suasana apapun sehingga seolah-olah selalu berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Tentunya hal itu sangat penting untuk mendaki tangga kesuksesan dan mencapai kebahagiaan.
Ketika masalah berdatangan dan mulai merasa stres, itulah saat yang tepat untuk mulai rileks dan memasuki frekuensi alpha-theta. Begitu juga ketika pekerjaan kita membutuhkan pikiran-pikiran kreatif. Memasuki kedua frekuensi itu akan membantu memunculkan inspirasi yang kita butuhkan.
Masalahnya bagaimana caranya memasuki frekuensi alpha-theta dengan cepat?
Diperlukan latihan relaksasi
Sebenarnya usaha untuk memasuki level alpha-theta secara sadar telah dilakukan orang sejak lama, yaitu dengan kebiasaan berdzikir, latihan-latihan meditasi, yoga, atau tai chi. Latihan-latihan itu bisa sangat membantu meningkatkan kemampuan kita untuk mengubah kesadaran otak. Para penyembuh yang menggunakan energi dan tenaga dalam, karena tuntutan pekerjaannya umumnya telah menguasai keterampilan ini secara otomatis.
Cara lain yang terhitung lebih mudah adalah dengan suara pada vibrasi tertentu. Ada vibrasi tertentu yang memiliki pengaruh langsung pada fungsi otak dan menimbulkan efek yang sama, yaitu mengantarkan kita pada level alpha-theta, contohnya adalah mantra-mantra yang dilafalkan para yogi atau lagu-lagu gereja pemeluk agama Kristen, bunyi-bunyian menggunakan mangkuk yang dilakukan orang Tibet, genderang yang dibunyikan orang Indian, dll.
Selain cara-cara tersebut, otak juga bisa dilatih dengan teknologi audio yang disebutnya digital prayer. Teknologi berupa CD ini berisi bunyi-bunyian yang menimbulkan gelombang tertentu yang dengan mudah akan diterima otak.
Caranya yaitu dengan melakukan entrainment, yaitu istilah yang digunakan untuk melatih belahan otak kiri dan otak kanan agar mau bekerja sama dengan baik. Otak dengan tingkat kerjasama yang tinggi, umumnya akan melihat kehidupan dengan lebih obyektif, tanpa ketakutan dan kecemasan.
Selain lebih mudah memasuki kondisi khusuk atau rileks yang dalam, juga memiliki kemampuan memfokuskan konsentrasi yang lebih baik. Selain itu karena kondisinya lebih sinkron dan seirama, otak akan mengeluarkan senyawa kimia penyebab rasa nyaman dan nikmat dalam jumlah besar sehingga terjadi relaksasi secara alami. Nampaknya mereka yang tidak terbiasa dengan latihan-latihan meditasi, yoga, tai chi, dll, cara ini bisa membantu. (SA)