Penelitian membuktukan bahwa olahraga aerobik dapat menghasilkan efek beta-blocker, yang dapat menenangkan sistem saraf simpatik, sehingga memperlambat denyut jantung.
Mengutip dr. Sadoso Sumosardjuno, D.S.O.K. dalam bukunya Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga 3, olahraga aerobik membuat tubuh kita menguras banyak cairan, menyerupai kerja obat pengendali hipertensi yang bersifat diuretik. Termasuk dalam kategori olahraga aerobik adalah jalan kaki, jogging, berenang, senam aerobik, olahraga permainan (voli, tenis, sepak bola).
Sebuah penelitian membuktikan bahwa olahraga jogging selama 16 minggu, dapat mereduksi atau mengurangi kadar hormon noradrenalin alias norepinefrin dari tubuh kita.
Menjadi penting lantaran, hormone norepinefrin inilah yang berperan dalam mengendalikan kadar zat pemicu tekanan darah tinggi yang diproduksi oleh sistem saraf. Penjelasan sederhananya, semakin sedikit hormon noradrenalin yang dihasilkan, tekanan darah semakin terkendali. Selain itu, hormon-hormon stress, yang diketahui menjadi penyebab menciutnya pembuluh darah, sehingga tekanan darah meningkat, juga menurun.
Mengapa begitu? Sebab penelitian membuktukan bahwa olahraga aerobik dapat menghasilkan efek beta-blocker, yang dapat menenangkan sistem saraf simpatik, sehingga memperlambat denyut jantung.
Untuk mendapatkan hasil maksimal, olahraga sebaiknya dilakukan selama 30 menit, tiga sampai empat kali dalam seminggu. Namun dr. Sadoso mengingatkan penderita hipertensi menghindari olahraga isometrik, seperti angkat beban, karena justru berefek meningkatkan tekanan darah. Demikian pula dengan pengidap tekanan darah tinggi parah, sebaiknya tidak gegabah melakukan olahraga tanpa dibarengi pengaturan pola makan sehat.