Untuk mengetahui, apakah seseorang menderita osteoporosis, perlu dilakukan pemeriksaan kepadatan tulang dengan menggunakan alat densitometer, yaitu satu alat penting untuk mengetahui tingkat kepadatan tulang tubuh seseorang.
Densitometer sampai saat ini dianggap sebagai yang paling akurat untuk mengukur kepadatan tulang tubuh. Sementara, pemeriksaan tulang tumit, seperti yang banyak dilakukan secara gratis di berbagai acara atau tempat itu, hanya untuk screening. Hasilnya belum bisa dianggap sebagai diagnosis pasti.
Seseorang dinyatakan positif osteoporosis jika T-score bone mineral density (BMD) –nya di bawah -2,5. Sementara T skor BMD antara -1,0 sampai -2,5 dinyatakan sebagai osteopeni (gejala awal osteoporosis), dan di atas -1 dinyatakan normal.
Jika sudah diketahui osteoporosis, biasanya akan dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium, untuk mengetahui lebih jauh penyebab osteoporosis, sehingga dapat ditentukan jenis terapi yang paling tepat. Beberapa hal berikut perlu diperhatikan untuk mencegah osteoporosis lebih menjadi akut.
1. Kafein
Kafein ada di dalam kopi, teh, minuman cola, dan beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit. Telah terbukti, bahwa mengonsumsi kafein juga berpengaruh terhadap pengeroposan tulang.
2. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak akan mengurangi jumlah kalsium dalam tulang, sekaligus meningkatkan hormon paratiroid, yang menurunkan jumlah kalsium dalam tubuh serta menghalangi proses penyerapan vitamin D yang penting dalam pembentukan tulang. Konsumsi alkohol pun meningkatkan risiko terjatuh yang akan mengakibatkan patah tulang.
3. Protein berlebih
Protein juga menghambat resorbsi (penyerapan kembali) kalsium oleh ginjal, sehingga kalsium dari makanan dan tubuh akan keluar bersama urin. Protein hewani juga kaya dengan asam amino bersulfur (metionin) yang akan meningkatkan keasaman tubuh. Kalsium dari tulang akan ditarik untuk menetralisir keasaman itu. Lama-kelamaan tulang akan keropos. (bersambung)