Hal ini disampaikan oleh dr Suryo Dharmono, SpKJ(K), staf pengajar bagian Psikiatri di FKUI/RSCM dalam sebuah acara media edukasi bertema “Masyarakat Urban Rentan Depresi?” di Jakarta beberapa waktu lalu.
Memang, tak hanya gaya hidup yang bisa membuat orang jatuh dalam depresi. Peristiwa-peristiwa pahit dalam kehidupan, seperti kehilangan orang dicintai, kehilangan harta benda karena musibah atau bencana, atau menderita sakit berat yang tak kunjung sembuh bisa menjadi penyebabnya.
Seperti yang dialami oleh Sartono Mukadis, psikolog yang juga praktisi Sumber Daya Manusia. Ia harus kehilangan salah satu kakinya akibat penyakit diabetes. Keadaan itu diakui sempat membuatnya terpuruk.
“Bayangkan saja, waktu badan masih utuh saya bisa jalan-jalan dari Aceh sampai Jayapura. Kegiatan saya banyak sekali. Tiba-tiba kaki saya harus dipotong. Saya tidak bisa jalan. Saya down sekali. Bohong kalau saya bilang tidak apa-apa,” katanya.
Sikap optimis mudah sekali menghilang, terutama ketika kita jatuh dalam situasi depresi. Putus asa, tak punya masa depan, tak ada lagi gunanya meneruskan hidup, adalah perasaan-perasaan yang kerap muncul.
Ini sangat berbahaya karena sikap pesimis itu sendiri bisa menimbulkan depresi. Seperti yang dikatakan oleh Seligman berdasarkan hasil penelitiannya tentang optimisme dan harapan, “Jika Anda seorang yang pesimis, yang merasa bahwa hal buruk yang sedang menimpa Anda akan berlangsung selamanya, dan semua yang Anda lakukan tak ada gunanya, maka Anda punya kemungkinan delapan kali lebih besar untuk jatuh dalam depresi.”
Jadi, apa yang harus kita lakukan sebelum depresi menyerang? Lawrence E. Saphiro, penulis buku Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak, mengatakan bahwa senjata ampuh untuk melawan depresi adalah sikap optimis.
Bahkan, optimisme bisa menjadi semacam imunisasi untuk menangkal berbagai penyakit psikologis dalam kehidupan. Bagi Sartono Mukadis, optimisme memberinya kekuatan untuk bangun dari keterpurukan.
“Saya yakin otak saya masih cemerlang. Cuma kaki saya saja yang sudah tidak ada. Jadi kenapa saya bercengeng-cengeng? Memangnya dengan menangis kaki saya bisa tumbuh? Kalau saya bangkit, saya pasti bisa dapat duit untuk keluarga saya,” tutur ayah 3 anak ini sungguh-sungguh. (SA)