Indonesia memang layak
Pendapat tentang kelayakan Indonesia menempati peringkat pertama juga di sampaikan oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia (Menpar RI) Arief Yahya. Menurutnya, Indonesia memang layak menang. Untuk bisa duduk peringkat satu, Indonesia melewati perjalanan yang panjang.
Indonesia menduduki urutan enam di GMTI 2015. Kemudian, Indonesia naik satu peringkat saat laporan GMTI 2016 rilis.
Selanjutnya, Arief menyebutkan Indonesia berada di posisi ketiga pada GMTI 2017. Tahun lalu, Indonesia mendapatkan peringkat kedua di bawah Malaysia. “Perjalanan sudah kita buat. Jadi semata kemenangannya sudah direncanakan,”ujar Arief.
Potensi besar, belum digarap maksimal
Pasar wisata halal merupakan salah satu sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Tetapi terlepas dari potensinya yang besar, sektor ini relative masih belum dikembangkan secara maksimal.
Pasar ini telah melalui berbagai perubahan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Di awal dekade ini, para pelaku bisnis, hotel, dan operator perjalanan telah menyediakan layanan-layanan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan para wisatawan Muslim (Halal Travel 1.0). Penawaran itu termasuk pilihan makanan halal, toilet yang menyediakan air bersih, dan fasilitas ibadah.
Didorong oleh transformasi digital dan teknologi yang pesat, terdapat sebuah fase baru pasar wisata halal, Halal Travel 2.0. Halal Travel 2.0 memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI), realitas tambahan (augmented reality) dan realitas virtual (VR) untuk melibatkan para wisatawan Muslim secara lebih baik di era digital ini.
Pada 2026, kontribusi sektor pariwisata halal diperkirakan melonjak sebesar 35 persen menjadi 300 miliar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian global. Ini meningkat dari perkiraan 2020, yakni 220 miliar dolar AS.
Sumber: gayahidup.republika.co.id