Biasanya tujuan orang ke dokter gigi ingin agar gigi tampak indah, padahal, menjaga kesehatan gigi sangat penting, di samping menjaga estetikanya. Karena fungsi gigi yang utama yaitu untuk mengunyah, selanjutnya untuk berbicara, barulah estetika. Lalu apakah ada yang salah dengan kebiasaan kita selama ini? Yuk, simak ulasannya!
Sehatalami.co ~ Coba unjuk jari siapa yang tidak ingin memiliki gigi sehat dan cantik? Pastinya tidak ada, bukan? Malah setiap orang ingin memiliki gigi yang putih berkilau dan sehat. Meski belum tentu dibarengi dengan usaha ekstra untuk perawatannya. Meski begitu, untuk kamu yang peduli sama kesehatan gigi, juga penampilan tentu ranjin dong, berkonsultasi dengan dokter gigi.
Misalnya sekadar untuk memeriksakan gigi apakah ada karang yang berpotensi menimbulkan karies atau hanya sekadar untuk mempercantik gigi. Namun satu hal yang perlu kamu tahu, kesehatan gigi lebih penting dari sekedar gigi enak dipandang.
Dokter gigi Andri Anggraeni Spesialis Orthodontis (cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan perbaikan dan pencegahan ketidakteraturan gigi), mencatat setidaknya ada empat hal yang sering menjadi permasalahan dalam perawatan gigi yang selalu bersinggungan dengan estetika, yakni karang gigi yang lupa dibersihkan, kurang memperhatikan kesehatan gusi, penggunaan kawat gigi, dan bleaching (penghilangan warna/ kotoran pada gigi dengan bantuan bahan kimia-Red.).
“Biasanya tujuan orang ke dokter gigi ingin agar gigi mereka tampak indah, padahal, menjaga kesehatan gigi sangat penting, di samping menjaga estetikanya. Karena fungsi gigi yang utama yaitu untuk mengunyah, selanjutnya untuk berbicara, barulah estetika,” katanya.
Berbeda dengan kulit dan rambut yang secara periodik mengalami pergantian atau pembaruan, gigi tidaklah demikian.
“Semisal, kulit kita luka. Apabila diberi obat, kulit akan sembuh dan pulih kembali, karena kulit memiliki sel-sel yang bisa diperbaharui (setiap 28 hari berganti). Lain halnya dengan gigi. Gigi tidak punya daya untuk memperbaiki dirinya sendiri,” ujarnya.
Membersihkan Karang Gigi
Menyikat gigi, memakai obat kumur, menggunakan benang gigi untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi, sudah sering kita lakukan. Tapi satu hal yang sering terlupakan adalah membersihkan karang gigi.
“Karang gigi itu terbentuk dari ludah kita yang bercampur dengan sisa-sisa makanan dan sel-sel yang terkupas yang mengendap. Pengendapan ini terutama paling banyak terjadi di dekat saluran ludah. Biasanya di gigi bawah, di belakang lidah, atau di gigi atas kanan kiri,” tutur drg Andri.
Pembentukan karang gigi sifatnya sangat individual, tergantung dari kadar kekentalan ludah seseorang. Semakin kental ludah seseorang, karang yang cenderung mengendap lebih banyak. Hal ini juga sangat tergantung pada kebersihan mulut. Jika karang gigi lupa dibersihkan, akan berakibat pada kerusakan jaringan penyangga gigi.
“Mungkin saja, pada awalnya gigi kita tidak apa-apa, tetapi karena karang gigi yang bertumpuk, lama-lama gigi kita ‘dikepung’ oleh karang dan menyebabkan goyahnya akar gigi. Efek yang terlihat, penampilan gigi jadi kotor, dan hal kedua yang bisa membuat kita minder adalah timbulnya bau mulut yang disebabkan oleh karang gigi tadi,” lanjutnya.
Kerusakan jaringan penyangga disebut juga paradontose. Kerusakan itu bisa menimpa gigi secara total, atau hanya sebagian. Efeknya membuat gigi menjadi goyah. Apabila hal ini sudah terjadi, penderitanya dapat berobat ke dokter gigi yang khusus menangani jaringan penyangga gigi (periodontis).
‘Menabung’ karang gigi adalah kebiasaan yang buruk, karena bisa menjadi tempat kuman-kuman berkembang biak.Kendati kita rajin menggosok gigi, karang gigi tetap akan terbentuk. Bukan satu hal yang memalukan jika enam bulan sekali kita datang ke dokter gigi untuk memeriksakan sekaligus membersihkan karang gigi.
Self Cleansing
Bagaimana cara Anda mengunyah makanan? Selalu terburu-buru menelannya atau justru menggerus makanan sampai lumat baru menelannya? Cara mengunyah makanan dengan perlahan-lahan, ternyata berpengaruh pula pada kesehatan gigi.
“Dari beberapa buku kesehatan, kita sering dianjurkan untuk mengunyah makanan 32 kali. Itu memang ada benarnya. Sebab, secara harafiah, kegiatan itu akan memperkuat otot-otot pengunyahan, dan membersihkan gigi secara otomatis (self cleansing). Selain itu, makanan pun masuk ke dalam perut sudah lebih halus, sehingga kerja usus tidak terlalu berat, dan penyerapannya tentulah lebih baik,” tuturnya. “Sebaliknya jika orang terburu-buru mengunyah, makanan yang masuk ke perut masih kasar, kerja usus ekstra keras untuk ‘menggiling’ makanan, sehingga sari makanan yang terserap tidak banyak.”
Jika kita mengunyah makanan pada dua sisi, kemungkinan kebersihan gigi antara yang kanan dan yang kiri akan seimbang. Tetapi jika hanya aktif mengunyah di satu sisi saja, maka dapat dipastikan di sisi yang berlawanan, endapan karang yang terbentuk lebih banyak, karena self cleansing-nya sangat kurang.
“Mengunyah makanan sampai lembut, akan memperkuat ikatan sendi tulang (ligamen) di sekitar gigi serta melancarkan aliran darah ke gigi dan gusi,” ujar Drg Andri.Ada beberapa alasan orang mengunyah hanya di satu sisi saja. Kemungkinan ada gigi yang berlubang, sehingga apabila digunakan untuk mengunyah akan terasa sakit, susunan gigi yang kurang bagus, atau hanya kebiasaan saja.
Hal lain yang juga penting adalah seringlah minum air putih atau makan buah segar seperti pepaya, mangga, apel, serta bengkoang, selain dapat melancarkan air liur juga dapat membersihkan gigi secara otomatis. (SA)