Salah satu gangguan mental emsosional atau jiwa adalah depresi. Yaitu, gangguan tingkah laku yang dipengaruhi oleh emosi atau cara berpikir. Salah satu ciri dari depresi adalah rasa rendah diri, serasa hidup tidak memiliki arti lagi untuk dijalani. Gairah hidup hilang, dan tidak bersemangat.
Sehatalami.co ~ Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa 7 dari 1000 Rumah Tangga terdapat anggota keluarga dengan Skizofrenia/Psikosis. Lebih dari 19 juta penduduk usia diatas 15 tahun terkena gangguan mental emosional.
Lebih dari 12 juta orang berusia diatas 15 tahun diperkirakan telah mengalami depresi. Sedangkan, WHO (2010) menyebutkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8% per 100.000 jiwa.
Salah satu gangguan mental emsosional atau jiwa adalah depresi. Yaitu, gangguan tingkah laku yang dipengaruhi oleh emosi atau cara berpikir. Salah satu ciri depresi adalah rasa rendah diri, serasa hidup tidak memiliki arti lagi untuk dijalani.
Penderita juga kehilangan gairah dan semangat untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Gejala tersebut bisa muncul dalam sikap yang selalu murung, sedih, dan rewel khususnya pada anak-anak.
Depresi jika tidak segera diatasi depresi bisa berdampak serius pada hidup penderitanya. Penderitanya bisa larut dan terjerumus ke dalam kebiasaan-kebiasaan buruk yang membahayakan kesehatan, seperti penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol. Kebiasaan buruk lain yang juga mungkin dilakukan adalah melukai diri sendiri hingga percobaan bunuh diri.
Manifestasi dan gejala depresi yang sering muncul
Menurut Sekretaris PP Perhimpunan Dokter Spesiali Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dr. Agung Frijanto, konsekuensi seseorang yang menderita depresi jika tidak segera ditangani akan meningkatkan risiko bunuh diri.
Menurutnya, gejala depresi dapat dilihat dari 3 aspek, antara lain afektif, kognitif, dan fisik. Gejala depresi pada afektif dapat ditandai dengan sedih, hilangnya minat, iritabilitas, apatis, anhedonia, tak bertenaga, tak bersemangat, isolasi social, dan aniestas.
Gejala depresi secara kognitif dapat dicirikan dengan rendah diri, konsentrasi menurun, daya ingat menurun, ragu-ragu, rasa bersalah, ide bunuh diri. Selain itu, secara fisik dapat dilihat dari psikomotor menurun, fatigue, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, dan hasrat seksual menurun.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat mampu melakukan upaya pencegahan jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala depresi.
Meski begitu, jika depresi sudah terlanjur terjadi, perlu segera penanganan yang tepat. Disarankan meminta bantuan medis profesional dari psikolog maupun psikiater. Psikolog atau psikiater nantinya akan mengidentifikasi masalah yang sebenarnya terjadi.
Juga menentukan skala penanganan seperti apa yang sesuai untuk kondisi yang dialami. Meski begitu, umumnya pendekatan penanganan depresi harus dilakukan secara holistik atau menyeluruh, baik melalui pengobatan juga psikoterapi.
Untuk menangani masalah depresi, psikoterapi dianggap sebagai salah satu cara sangat efektif. Melalui terapi ini penderita akan diajak untuk mengenali dan mengubah pola pikir dan tingkah laku yang menjadi pemicu depresi.
Diharapkan, dengan mengubah pola pikir, perilaku, dan gaya hidup, penderita akan didorong untuk kembali memulai aktivitas fisik yang menyehatkan. Selain itu, pasien juga akan diberikan bantuan obat-obatan sesuai kebutuhan. (bersambung).