Penelitian tentang hubungan antara kesehatan emosi dan kesehatan jantung masih dalam tahap awal, namun pesannya jelas bahwa emosi harus selalu dijaga, jangan mengumbar kemarahan, jangan memelihara dendam, pilih pekerjaan yang Anda sukai.
Sehatalami.co ~ Telah disebutkan bahwa kondisi yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam jangka panjang lambat laun bisa mencederai jantung dan berakibat berhentinya jantung yang menyebabkan kematian. Ini terjadi pada Sally (44 tahun) yang dituduh membunuh dua anaknya kemudian dipenjara bertahun-tahun. Suatu hari ia meninggal mendadak tanpa sebab. Diagnosis: serangan jantung.
Bagaimana dengan Billy yang sangat marah dan mendadak jatuh lalu meninggal di kantor? Diagnosis: juga serangan jantung.
Ini juga terjadi di Prancis, seorang wanita, Jeanne (50 tahun), yang anaknya meninggal karena kecelakaan. Meskipun awalnya tampak tabah, namun kemudian ia lalu menderita sakit dada, berkeringat, mual dan muntah. Tak lama kemudian ia meninggal.
Orang awam mengatakan Jeanne meninggal karena sangat sedih, dokter mengatakan wanita ini meninggal karena serangan jantung meskipun dari hasil otopsi tidak ditemukan kerusakan jaringan jantung maupun penggumpalan darah di arteri koroner. Jantungnya berhenti begitu saja, seperti yang terjadi pada Sally.
Kejadian semacam itu dulu menjadi teka teki bagi para dokter ahli jantung, karena broken heart syndrome seperti penyakit jantung. Peristiwa mendadak yang shocking menyebabkan saluran pernapasan menyempit sehingga kehabisan napas dan dada sakit, lalu terjadi gagal jantung. Jaringan jantung tetap utuh dan tak ada penggumpalan darah di arteri jantung.
“Kami mensinyalir broken heart syndrome seringkali terjadi di Amerika,” kata ahli jantung Chet Rihal dari Mayo Clinic. Ini lantaran stres fisik dan mental yang berat dan mendadak , jadi berbeda dengan stres kronis yang penyebabnya kelelahan mental dan fisik yang berkepanjangan.
Teori yang dikemukakan Chet Rihal menyatakan bahwa stres yang ekstrem memicu adrenalin terlalu banyak yang mencederai pembuluh darah halus dan menyebabkan otot-otot jantung menegang. Jika survive, pasien broken heart bisa kambuh sewaktu-waktu. (bersambung)