Ada pula seorang wanita autis bernama Donna William (46 tahun) dari Melbourne, Victoria, Australia, yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dan bakat seninya sehingga berhasil menjadi seorang penulis dan seniman.
Sementara itu, Bradley Olson (22 tahun) asal Minnesota, Amerika Serikat, adalah mahasiswa autis yang mampu mengembangkan kemampuan kognitif dan kebugaran fisiknya sehingga menjadi seorang pemuda yang aktif dan tangkas.
Pencapaian ini tidak lepas dari peran berbagai terapi pelengkap untuk mengungkapkan potensi yang terpendam di balik perilaku anak autis yang sulit dipahami itu.
Salah satu terapi pelengkap untuk mengembangkan potensi pada anak autis yang saat ini mulai populer di Indonesia adalah art therapy (terapi seni), yaitu terapi atau latihan pendisiplinan diri melalui media kesenian, yaitu menggambar, melukis, membuat patung dari tanah liat, atau berlatih musik. Termasuk dalam kategori art therapy adalah melihat dan mempelajari obyek lukisan dan foto (visual tools).
Menurut Donna J. Bett, MA., ATR, seorang terapis masalah anak-anak dan remaja penderita autisme dan Koordinator Art Therapy Service pada National Children’s Center di Washingthon, D.C., (www.autism-society.org), terapi seni dapat menolong pasien penderita autisme sesuai karakteristik setiap anak, seperti membantu meningkatkan kecakapan komunikasi, mengembangkan perasaan dan emosi, membantu mengembangkan hubungan sosial serta melatih respon inderawi. “Ini dimungkinkan karena anak-anak autis bukan tanpa potensi, mereka memiliki bakat dan kecakapan akademis yang bisa dikembangkan,” katanya menjelaskan.
Tentu saja, setiap anak autis memiliki karakteristik berbeda. Ada yang memiliki tingkat inteligensi dan kognitif yang rendah, menunjukkan minat dan rutinitas yang terbatas (low fungctioning autism), dan ada pula yang memiliki fungsi kognitif dan inteligensi yang tinggi (high functioning autsme).
Dengan demikian model dan pola terapi, serta tingkat kemajuan anak setelah menjalani terapi juga sangat invidualistik, didasarkan pada berat dan ringannya gangguan autisme serta karakteristik potensi yang dimiliki setiap anak. (bersambung).