Prevalensi DM pada Anak
Menurut WHO, penyakit DM pada anak di dunia cenderung meningkat mencapai 17 per 100.000 anak setiap tahunnya. Di Indonesia, menurut Dr Aman B. Pulungan, Ketua Gugus Tugas Endokrinologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penyakit DM pada anak diperkirakan sebesar 0,3 per 100.000 anak per tahun. Artinya dari populasi anak Indonesia saat ini sebesar 80 juta, ada sekitar 240 kasus DM baru pada anak ditemukan setiap tahun.
Diabetes melitus atau kencing manis – khususnya tipe 2 yang bukan faktor genetik – pada anak-anak dan remaja, ironisnya sulit dideteksi, sehingga tidak bisa dicegah sejak dini. Tidak ada tanda-tanda khusus pada seorang bayi yang memiliki potensi diabetes pada usia dewasa kelak.
Menurut Dr Luszy Arijanti, SpA dari RS Gading Pluit Jakarta dalam sebuah seminar tentang DM, seorang anak baru bisa terdeteksi menderita DM pada usia 7 tahun ke atas. Ditandai dengan sejumlah gejala yang mirip dengan gejala diare seperti muntah, sering buang air besar, kesadaran menurun (koma), dehidrasi berat, kejang-kejang dan sebagainya. Bedanya, nafas si anak berbau asam (aseton).
Kondisi itulah yang membuat orangtua sering salah menilai kondisi kesehatan anaknya. Banyak orangtua mengira gejala tersebut sebagai diare berat. Padahal ia terserang DM. Tidak jarang anak penderita DM dibawa ke rumah sakit dalam keadaan pingsan atau koma.
Untuk mengantisipasi hal itu, orangtua sebaiknya memperhatikan kebiasaan makan dan aktivitas fisik anaknya di rumah. Juga memperhatikan perkembangan berat badan anak. Jika terindikasi DM, biasanya sering cepat lapar dan haus, sering buang air kecil, dan berat badannya tidak pernah naik atau turun drastis.
Jika ditemukan gejala demikian, berhati-hatilah!. Segera lakukan pemeriksaan kadar gula darah. Kadar gula darah normal pada anak sama dengan kadar gula darah normal pada orang dewasa.
Sebagai patokan, normalnya, kadar glukosa puasa kurang dari 100 mg/dl atau kadar glukosa 2 jam setelah makan kurang dari 140 mg/dl. Pada penderita DM, kadar glukosa puasa lebih dari 126 mg/dl atau kadar gula darah 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl, disertai gejala diabetes, seperti tersebut di atas. (SA).