Selain itu, juga bekerja mendetoksifikasi bahan kimia yang beracun bagi tubuh. Menyimpan lemak, karbohidrat, dan gula sebagai cadangan energi, membuat sel darah, membuat protein, serta membuat faktor pembekuan darah.
Dijelaskan dalam bukunya, Hulda Clark juga menjelaskan bahwa fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan tidak sempuarna antara lain karena adanya malabsorbsi atau adanya bahan makanan yang tidak tercerna dengan baik, misalnya terlalu sering mengonsumsi gorengan, sehingga menimbulkan tumpukan lemak jenuh di hati, yang dapat memicu terjadinya pembiakan bakteri tidak baik.
Sebagai contoh, salah satu fungsi hati adalah memperoduksi cairan empedu sekira 1- 1,2 liter per hari. Itu mengapa organ hati penuh dengan saluran-saluran empedu yang bertugas menyalurkan cairan empedu ke saluran yang lebih besar (common bile duct), yang di dalamnya terdapat kantung empedu.
Kantung empedu ini bertindak sebagai gudang reservoir cairan empedu, yang di dalamnya mengandung air, kolesterol, garam empedu, protein, bilirubin, dan lemak. Konsumsi lemak atau protein akan merangsang kantung empedu mengosongkan isinya dalam 20 menit, dan cairan empedu pekat tersebut selanjutnya akan bergerak menuju organ usus.
Selanjutnya, bersama dengan cairan pangkreas, cairan empedu di dalam usus akan mencernakan lemak dan vitamin dalam usus besar serta membantu tubuh menyerap kalsium dan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Mengutip Dr. Hulda Clark, dr Widya Murni menjelaskan, dalam kasus di mana fungsi hati terganggu, akibat malabsorbsi misalnya, sehingga memicu terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah kolesterol dan senyawa kimia dalam cairan empedu, maka terjadilah pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan empedu. “Inilah yang disebut dengan istilah batu empedu,”ujar dr Widya.
Adanya batu empedu di hati dapat menghambat aliran cairan empedu yang dibutuhkan tubuh, sehingga antara lain aliran pangkreas yang cukup menjadi terhambat. Sebagai contoh, jika penyerapan pangkreas yang dibutuhkan ginjal tidak memadai, maka tubuh akan mengambil kebutuhan kalsium dan zat besi dari tulang.
Detoksifikasi hati antara lain dilakukan untuk membersihkan batu empedu dari hati, serta menghilangkan parasit atau timbunan lemak jenuh di dalam hati, sehingga dapat mengembalikan fungsi hati menjadi optimal kembali, sehingga dapat membantu fungsi pencernaan kembali normal, sebagai dasar dari aspek kasehatan manusia secara keseluruhan.
Langkah sederhana detok hati
Berdasarkan pengalamannya selama belasan tahun memberikan terapi livel detox, dr. Widya menjelaskan, rerata pasien dengan gejala mudah lelah (fatigue), low energy, kolesterol tinggi, hipertensi, gangguan metabolisme ( diabetes tipe2), mudah alergi atau sistem imun yang rendah, serta insomnia, sakit kepala (migrain, vertigo), mudah berjerawat, bau keringat berlebih, dan gangguan kesehatan lain mengaku mendapatkan banyak kemajuan setelah menjalani detoksifikasi. “Meraka merasakan lebih energik, kesehatan semakin optimal setelah melakukan detoksifikasi,”kata dr Widya Murni. (bersambung).