Stres menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, kembung bahkan luka (peptic ulcer).
Dibanding pria, wanita lebih rentan mengalami sakit maag. Sub Bagian Gastroenterologi Ilmu Penyakit Dalam RSCM, Jakarta, mencatat dari seluruh pasien maag yang datang, 60 persennya adalah wanita. Bukan karena wanita lebih lemah. Menurut Dr. Ari Farial Syam Sp.PD, MMB, dari Bagian Gastroenterology Ilmu Penyakit Dalam (IPD) RSCM, wanita rentan karena lebih mudah stress, pola makan tidak teratur dan diit yang salah. Pada kehamilan trimester pertama, wanita juga sering mengalami gejala yang sama dengan sakit maag.
Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Universitas Leeds, Dr. Daryl O’Connor, mengungkapkan stres dapat memengaruhi kebiasaan makan seseorang. “Saat stress, orang cenderung makan lebih sedikit, termasuk kurang makan sayuran. Mereka memilih mengonsumsi makanan tinggi lemak dan kalori,” kata O’Connor. Stres menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual, mulas, kembung bahkan luka (peptic ulcer).
Sakit maag umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang (pedas, asam, kopi, alkohol, nikotin, bakmi yang mengandung air abu dan obat-obatan tertentu). Makanan yang “tajam” ini merusak dinding lambung.
Gejala khas sakit lambung atau maag, berupa rasa nyeri atau pedih pada ulu hati meski baru saja selesai makan. Namun kalau rasa pedih hanya terjadi sebelum makan, atau di saat lapar dan mereda sehabis makan, yang bersangkutan belum dapat dikatakan menderita sakit maag. Pada wanita yang bekerja hingga larut malam, ada kecenderungan ngemil makanan yang manis-manis, merokok dan minum alkohol. Inilah pemicu sakit maag
Pola Makan Tidak Teratur
Pola makan tidak teratur, “yang penting makan” atau menunda waktu makan, tidak baik bagi lambung. Kesibukan kerja atau belajar, sering mendorong wanita mengisi perut dengan makan seadanya, tanpa memikirkan nilai gizinya. Kebiasaan ini mengacaukan kerja lambung dalam memroduksi asam lambung.
Pada wanita yang menjalankan program diit, sering ditemukan penggunaan obat-obat pelangsing yang justru membuat produksi asam lambung terganggu. Diit ketat yang hanya mengonsumsi buah-buahan atau sayuran, akan menimbulkan gangguan pencernaan.
Baca juga : Mindless Eating : Awas Jebakan Kebiasaan Makan Berlebih
Wanita yang tengah hamil trimester pertama, sering mual, perih, kembung dan muntah. Biasanya, wanita yang mengalami keluhan demikian memang telah lama memiliki gejala sakit maag. Ada juga wanita yang menderita gejala seperti sakit maag karena kehamilannya. Gejala itu disebut hyperesis gravidarum.
Diagnosa harus ditegakkan
Diagnosa harus ditegakkan, sebelum penderita diberi obat. Dan, mencari tahu sebab (diagnosis) dispepsia tidaklah mudah. Karena itu, pengobatan dispepsia boleh dibilang relatif sulit karena untuk mengetahui dengan pasti penyebab penyakitnya sendiri relatif tidak mudah. Dokter harus dengan saksama membedakan antara dispepsia yang mempunyai ulkus dan yang tidak, antara dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Namun, beberapa penelitian dapat dijadikan petunjuk untuk mendiagnosa dispepsia.
Penelitian menunjukkan bahwa secara statistis, nyeri ulu hati yang terjadi pada malam hari dan berkurang dengan pemberian obat antasida, cenderung dihubungkan dengan luka pada lambung (peptic ulcer). Diagnosa juga bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik, dengan menekan seputaran ulu hari dan melihat gejala-gejala berdasarkan wawancara dengan pasien. Kalau tipe ulkus, yang dominan berarti rasa nyerinya. Tipe dismotilitas, yang dominan rasa mual dan kembung.
Untuk lebih memastikan bisa dengan teropong endoskopi. Yakni suatu alat yang dimasukkan ke dalam lambung dan usus halus. Alat tersebut akan melihat, apakah ada luka atau tidak. Jika tidak ada luka, mungkin sudah ada kemerah-merahan di dinding lambung akibat teriritasi. Meski belum sampai luka atau ada perubahan anatomi sudah bisa dikatakan dispepsi atau gastritis. “Tapi kalau ditemukan ada luka atau tumor, bisa ditegakkan dispepsi yang organik. Atau kemungkinan ada kanker,” jelas dr.Pujiwati.
Intervensi dini terhadap sakit maag yaitu dengan mengonsumsi obat, yang bisa menetralkan atau menghambat produksi asam lambung yang berlebihan (obat jenis antasida). Bisa juga, dokter memberikan obat yang memperbaiki motilitas lambung. Apabila setelah dua minggu obat yang diberikan tidak bermanfaat, biasanya dokter akan memeriksa dengan peralatan khusus.
Pengobatan maag selalu didasarkan pada faktor penyebabnya. Jika karena polip atau tumor, maka polip atau tumornya harus diangkat. Jika ditemukan ada kanker, harus dioperasi. Kalau karena bakteri Helicobacter Pylori (H.pylori), pengobatannya dengan obat antibiotik. Sebaiknya, kalau hanya karena gangguan fungsional saja, misalnya stres atau pola makan yang tidak sehat, ya gangguan stres dan pola makanya itu yang harus diubah. Jadi, pengobatan maag itu tergantung pada penyebabnya itu karena apa. (SA)