Mirip yang terjadi pada proses pencernaan makanan, setiap hari tubuh kita (pikiran-badan-perasaan) menimbun ”racun” emosi. Jika tak dibersihkan secara teratur, emosi-emosi negatif tersebut dapat mengambil jatah energi yang seharusnya disimpan sebagai cadangan saat stamina menurun.
Sehatalami.co ~ Thom Hartmann, psikoterapis dari Amerika, mengungkapkan bahwa emosi negatif seperti stres, depresi, juga trauma, terjadi karena ada peristiwa yang terekam oleh otak dan terperangkap di hipokampus.
Yaitu, salah satu bagian dari sistem limbik otak yang memiliki fungsi merekam peristiwa selama sehari, untuk disimpan dalam memori jangka panjang. Pada kondisi normal, peristiwa yang kita alami setiap hari seharusnya tidak perlu disimpan di hipokampus, sebab akan diproses oleh sistem otak secara sempurna.
Tetapi, kondisi ini tidak berlaku jika peristiwa yang terekam merupakan peristiwa terlalu kuat membekas di dalam memori, atau terdiri dari beberapa peristiwa yang berbeda sekaligus. Jika ini terjadi, maka rekaman yang tidak selesai diproses akan muncul sebagai mimpi buruk.
Sedangkan sebagian rekaman lain tetap tertinggal di hipokampus dan dikenali otak sebagai tugas yang belum selesai,” tutur Hartmann dalam bukunya, Walking Your Blues Away.
Tugas yang belum selesai tersebut akan terakumulasi hingga menumpuk tersebut bisa membuat hipokampus kewalahan, dan akhirnya menyerahkannya pada alam bawah sadar untuk diproses lebih lanjut.
Selanjutnya, jika proses ini terjadi, kita akan melihat satu peristiwa yang terusss…. melekat di kepala dan setiap adegannya seolah-olah terus menari di pelupuk mata. Tergantung jenis peristiwanya memang, namun keadaan ini tak boleh dibiarkan karena bisa mengganggu kestabilan emosi. Peristiwa yang pahit bahkan bisa berlanjut pada depresi dan trauma.
Perlu detoks emosi
Nah, agar selalu sehat, kita perlu berolahraga secara teratur dan makan makanan yang bergizi. Namun hal ini saja ternyata belum cukup. Mirip yang terjadi pada proses pencernaan makanan, setiap hari tubuh kita (pikiran-badan-perasaan) menimbun ”racun” emosi. Jika tak dibersihkan secara teratur, emosi-emosi negatif tersebut dapat mengambil jatah energi yang seharusnya disimpan sebagai cadangan saat stamina menurun.
Akibatnya, selain lelah secara fisik, kekebalan tubuh akan menurun drastis dan kita rentan terkena berbagai macam gangguan penyakit. Mulai dari yang bersifat alergi (gangguan kulit, sesak napas, batuk, sakit kepala, dll) hingga tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, hingga kanker.
Dengan mendetoks emosi, tubuh berkesempatan memasok energi yang cukup untuk mereparasi kerusakan sel secara efektif. Selain itu, membersihkan emosi secara teratur juga memungkinkan tubuh untuk memberi reaksi yang wajar terhadap setiap kejadian.
Hasilnya, pikiran lebih jernih, kita pun lebih menikmati hidup dan mencapai kebahagiaan. Bukankah itu yang menjadi tujuan setiap orang. Detoks emosi antara lain bisa dilakukan dengan cara meditas, latihan yoga, jalan kaki sambil menghidup udara segar, relaksasi atau rekreasi ke alam terbuka atau pantai, dan masih banyak lagi. (SA)