Jangan sampai dehidrasi, minum air putih yang cukup untuk membantu melumasi persendian. Cara terbaik mengetahui kecukupan air adalah lewat warna urine (jernih) dan frekuensi buang air seni (sering).
Sehatalami.co ~ Mengapa nyeri sendi menjadi masalah yang banyak dikeluhkan? Inilah masalahnya. Menjadi aneh, jika hal tersebut terjadi di negara dengan iklim tropis seperti Indonesia, di mana penduduknya bisa dengan mudah mendapatkan sijar matahari. Kita tahu sinar matahari adalah salah satu faktor pembentuk vitamin D, yang sangat baik mencegah terjadinya pengeroposan tulang, salah satu penyebab terjadinya nyeri sendi.
Saat ini ada 4.3 juta (sekitar 15%) penduduk Amerika Serikat berusia di atas 65 tahun yang menderita nyeri sendi. Demikian data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Laporan terbaru CDC lebih lanjut menyatakan bahwa warga negeri tersebut yang berusia 80-an, sekitar separuhnya menderita nyeri sendi lutut. Jumlah penderita akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya warga usia lanjut.
Di Indonesia belum ada catatan resmi, diperkirakan kasusnya akan semakin banyak seiring meningkatnya usia harapan hidup (life expectacy). Diperkirakan penduduk dunia berusia 65 tahun (jumlahnya sekitar 390 juta saat ini) akan menjadi 800 juta pada tahun 2025. Peningkatan yang lebih dari 300% ini diperkirakan terjadi di negara-negara berkembang, terutama Asia, termasuk Indonesia.
Bagaimana pun nyeri sendi dapat terjadi pada siappun termasuk Anda. Karenanya penting untuk waspada jika Anda termasuk kelompok ini :
- Umur di atas 45 tahun. Khusus pada wanita menjelang atau sudah menopause, harap lebih waspada mengingat semua proses metabolisme tulang dipengaruhi oleh hormon estrogen, yang produksinya menurun drastis. Kasus pengapuran lebih banyak dialami oleh perempuan.
- Berat badan berlebih. Dengan mengurangi berat badan 2 kilo, akan mengurangi risiko nyeri sendi sebesar 50% pada wanita (David T Felson, 1992). Sedangkan menurunkan berat badan 7 kilo pada wanita yang mengalami obesitas dan menderita OA, akan mengurangi beban lutut 50%.
- Mempunyai aktivitas berlebih atau over usage, misalnya pada atlet
- Mempunyai riwayat keluarga dengan kelemahan otot dan tulang.
- Pernah mengalami cedera, misalnya patah tulang sekitar sendi dengan perawatan tidak tuntas. (bersambung).