Disampaikan pula bahwa sebelum wafat, Gus Sholah mengeluh bahwa ia mengalami masalah gangguan irama jantung atau aritmia. Yaitu suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung.
Sehatalami.co ~ Minggu (2/02/2020) di hari dengan tanggal cantik, itu masyarakat Indonesia mendapatkan khabar duka dengan wafatnya salah satu putra terbaik Indonesia, yaitu KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Salah seorang tokoh cendekiawan muslim dan pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) yang dihormati.
Beliau juga seorang Ulama dan Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Diberitakan Gus Sholah wafat usai menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.
“Gus Sholah baru saja wafat, pada pukul 20.55 WIB di RS Harapan Kita. Mohon segala khilafnya dimaafkan,” kata putra Gus Solah, Irfan Wahid (Ipang Wahid) lewat akun Twitter-nya, @ipangwahid, Minggu (2/2/2020).
Disampaikan pula bahwa sebelum wafat, Gus Sholah mengeluh bahwa ia mengalami masalah gangguan irama jantung atau aritmia. Yaitu suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung.
Hal ini bisa dirasakan ketika misalnya, jantung berdetak lebih cepat dari normal yang selanjutnya disebut takikardia atau ketika jantung berdetak lebih lambat dari normal, yang disebut sebagai bradikardia. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut ini adalah kondisi tertentu yang dapat meningkatkan faktor risiko seseorang bisa mengalami aritmia.
1. Adanya ketidakseimbangan elektrolit
Diketahui elektrolit memiliki peran untuk menjaga kinerja saraf dan otot. Jika kadar elektrolit seseorang terlalu tinggi atau sebaliknya, maka hal ini bisa berpengaruh terhadap impuls listrik jantung dan meningkatkan terjadinya risiko aritmia.
Selain itu, faktor pola hidup yang kurang sehat juga bisa meningkatkan risiko terjadinya aritmia, seperti misalnya kesalahan kombinasi dalam mengonsumsi obat, terlalu banyak mengonsumsi kafein. Faktor risiko aritmia juga meningkat pada orang yang gemar meminum alkohol.
2. Memiliki penyakit jantung bawaan dan gangguan arteri koroner
Orang yang terlahir dengan membawa kelainan jantung, juga dapat mempengaruhi ritme jantung. Selain itu, mereka yang memiliki riwayat berbagai jenis penyakit jantung, seperti arteri jantung yang menyempit, serangan jantung, katup jantung yang abnormal, dan pernah mengalami gagal jantung, atau pernah melakukan operasi jantung juga meningkatkan risiko aritmia.
3. Adanya masalah di tiroid
Tiroid ialah kelenjar yang terletak di bagian leher depan dan berbentuk kupu-kupu. Tiroid bertugas untuk mengeluarkan hormon-hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Karenanya, jika kelenjar tiroid mengalami masalah, hall ini bisa menimbulkan masalah pada meningkatnya risiko gangguan aritmia jantung.
4. Menderita gula darah
Orang dengan diabetes akan memiliki faktor risiko lebih tinggi terkena penyakit arteri koroner dan tekanan darah tinggi. Itu mengapa penting untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.
5. Sleep apnea
Orang yang memiliki kebiasaan mendengkur saat tidur patut dicurigai menderita gangguan sleep apnea. yaitu, suatu kondisi berhentinya proses pernapasan dalam waktu singkat dan sesaat di saat sedang tidur. Hal ini dapat meningkatkan risiko bradikardia (lambatnya denyut jantung), fibrilasi atrium (denyut jantung yang tidak normal), dan aritmia lainnya.
6. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Hipertensi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit arteri koroner, yaitu terjadinya penebalan pada dinding ventrikel (bilik jantung). Fungsi jantung dalam memompa darah akan menurun, sehingga aliran darah ke seluruh tubuh menjadi terganggu.
Beberapa faktor risiko di atas bisa menjadi penyebab meningkatkan faktor risiko ganguan irama jantung atau aritmia, yang jika tidak tertangani dengan segera bisa menyebabkan terjadinya gagal jantung. Itu mengapa penting bagi kita menerapkan gaya hidup sehat untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya gangguan irama jantung dan penyakit jantung koroner. (SA)